Iklan

22 Maret 2024

Wahabi Salafi Kaget Ramadan

 

 


Orang Wahabi Salafi, termasuk ustadz dan dainya di Indonesia ini, saya perhatikan mereka itu sering kagetan dan heran melihat fenomena Ramadan di nusantara. Entah, mereka itu makhluk darimana, kok setiap Ramadan ada saja keriuhan yang dibahas akibat keheranan dan kekagetan mereka sendiri.


Dengan dalih “tidak ada dalil” dan hanya berpegang pada satu hadis paling viral di kalangan mereka, yakni: “Setiap hal baru adalah Bid’ah dan semua bid’ah adalah sesat”, maka kekagetan mereka semakin klimaks. Padahal, “Tidak ada dalil” bagi mereka, tidak sama dengan “Belum tahu dalilnya”.


Jelasnya, mereka yang kaget karena tidak ada dalil, sebenarnya kaget karena belum tahu dalil dan sebab musabab adanya tradisi, adat dan fenomena unik Ramadan di nusantara.


Misalnya, mereka kaget dengan “Imsak” yang diperdengarkan di masjid-masjid. Dikiranya, itu bid’ah yang sesat karena dulu di zaman Nabi, gak ada marbot masjid yang bilang “Imsak”.


Dul, seruan Imsak di masjid itu berfungsi mengingatkan umat agar menahan diri untuk segera berhenti makan dan minum, sebab fajar akan segera terbit dan akan ada subuh. Dengan seruan itu, umat bisa siap-siap imsak, menghentikan makan sahur. Sesederhana itu.


Misalnya lagi, mereka kaget dengan seruan bilal shalat tarawih yang menyebut nama-nama khulafa’ rasyidun Abu Bakar, Umar, Usman, Ali di setiap jeda shalat tarawih. Bahkan, dengan nyengir ada ustadz yang menyebut tradisi itu adalah lucu, tidak berdasar dan bid’ah.


Padahal, secara historis, adanya tradisi penyebutan nama-nama khalifah ini sejak era kerajaan Mataram adalah inisiatif para wali dan kiai tempo dulu untuk membendung paham Syiah dan paham sesat lain yang membenci khulafa’ rasyidun.


Di sisi fiqih, toh tidak masalah menyebut nama-nama sahabat di jeda shalat tarawah, lagian hal itu dikumandangkan di luar shalat, bukan di dalam shalat. Bicara apa saja dan menyebut siapa saja, asal tidak haram, ya boleh saja di luar shalat. Tidak ada hubungannya dengan keabshan salat.


Ada yang bertanya, bolehkah menyebut nama-nama presiden di sela-sela tarawih? Misalnya Soekarno, Soeharto hingga Jokowi? Ya boleh saja. Mau menyebut Prabowo Gibran juga gak papa, asal presiden yang menang aja ya. Kalo yang kalah, gak usah 



Tidak ada komentar:
Tulis komentar