Iklan

26 Juli 2021

Ustadz ​Ali Mukhtar, Sang Sufi

 


Senin, 26 Juli 2021 atau 16 Dzulhijjah 1442, Ustadz Ali Mukhtar berpulang ke hadirat Alah swt. Di Pesantren Ilmu Al-Quran (PIQ) Singosari, dulu beliau adalah ustadz senior yang kharismatik. Sosok alim, berilmu luas, wajahnya selalu bersinar dan berseri-seri, terutama ketika membacakan kitab-kitab akhlaq tasawuf. 

Saat saya mondok di tahun 1988, Ustadz Ali Mukhtar adalah guru pertama di bidang al-Quran. Setiap pagi, sekitar jam 03:30, Ustadz Ali Mukhtar sudah keliling dari satu kamar ke kamar lain untuk membangunkan para santri yg tidur. Setelah itu, beliau sudah siap di aula gladak (aula beralas kayu) untuk mengajar al-Quran, juz Amma, bagi santri baru, termasuk saya. 

 Sambil menunggu kedatangan para santri, Ustadz Ali Mukhtar selalu mendendangkan qaaidah:

كَلاَمٌ قَديْمٌ لاَ يُمَلُّ سَمَاعُهُ # تَنَزَّهَ عَنْ قَوْلٍ وَفِعْلٍ وَنِيَّتِيْبِهِ أَشْتَفِيْ مِنْ كُلِّ دَاءٍ وَنُوْرُهُ # دَلِيْلٌ لِقَلْبِيْ عِنْدَ جَهْلِيْ وَنحَيْرَتِيْفَيَا رَبِّ مَتِّعْنِيْ بِسِرِّ حُرُوْفِهِ # وَنَوِّرْ قَلْبِيْ وَسَمْعِيْ وَمُقْلَتِيْوَهَبْ لِيْ بِهِ عِلْمًا وَفَهْمًا وَحِكْمََةً # وَآنِسْ بِهِ يَا رَبِّ فِيْ قَبْرِيْ وَحْشَتِيْ 

Hingga hari ini, jika mendengar qasidah itu, terus terngiang suara damai Ustadz Ali Mukhtar yang melantunkannya di waktu fajar, membuka hari pagi dengan sentuhan ruhani yang mampu menusuk hingga ke relung sanubari. 

Dari Ustadz Ali Mukhtar, saya banyak belajar tentang kitab-kitab karya Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad. Darinya juga, kita para santri PIQ dikenalkan untuk mencintai habaib, dzurriyah Rasulullah SAW. Ketika saya berada di kelas kitab pagi, yang saya rindukan dari pengajian beliau adalah kisah-kisahnya tentang para wali, lengkap dengan beragam karamah. Beliau benar-benar seorang alim yang tak bertepi keluasan ilmunya. 

Kenangan yg tak terlupakan adalah ketika mengaji kitab kepada Murrabbi arwahina, KH Basori Alwi. Pengajian khusus untuk para asatidz. Ketika itu, sekitar tahun 1992/1993, saya yg tergolong yunior, merasa senang karena dimasukkan ke kelompok satu yg diketuai oleh Ustadz Ali Mukhtar. Nah, dari diskusi kelompok ini, saya mendengar langsung bagaimana sang ustadz menjelaskan murad (maksud) dari kitab-kitab kuning kelas berat. 

Hampir semua santri sepakat, beliau adalah pribadi yg penyabar dan berjiwa pendidik. Laku tirakatnya luar biasa, sering puasa, tidak suka barang ghasab dan syubhat. Ibarah-ibarahnya selalu argumentatif dan penuh hikmah. Kitab yg saya mengaji kepada Ustadz Ali Mukhtar selalu banyak coretan istifadah karena saya tidak ingin melewatkan penjelasan berharga dari beliau. 

Setelah menikah dan boyong dari PIQ, kiprahnya di bidang dakwah, luar biasa. Majlis taklimnya selalu dipenuhi para santri hingga entah sejak tahun berapa, beliau sakit. Tidak bisa duduk dan berjalan. Sehari-hari hanya tiduran di kasur. Meski kondisinya seperti itu, tapi semangatnya untuk mengajar, tidak pernah padam. Dari tempat tidurnya, beliau membacakan kitab, berdzikir, berdoa dan beribadah. Dan itu, dijalaninya bertahun-tahun tanpa putus asa dari rahmat Allah. 

Kesabaran luar biasa yg tak semua orang mampu menanggungnya. Ali berarti derajat yg tinggi. Mukhtar adalah orang pilihan. Maka, seperti namanya, beliau adalah ustadz pilihan Allah di maqam yg tinggi dan luhur, insya Allah. 

Selamat Jalan, Ustadz. Semua santri bersaksi, Ustadz adalah orang yg benar-benar orang baik dan sholeh. Al-Fatihah.

1 komentar:
Tulis komentar
  1. Innalilahi wainalillahi rojiun, membaca artikel tersebut membuat saya menjadi teringat saat awal masuk PIQ tahun 1990 tepatnya dikamar A4. Beliau adalah ustadz senior yang senantiasa tersenyum dan teramat bersahaja. qum qum qum sholat qum qum qum " merdu nian ucapan beliau dan sangat melekat dalam sanubari. ada ucapan beliau yang sangat melekat adalah " siapapun yang belum merasakan manisnya iman susah untuk melakukan syariat dengan sungguh sungguh", subhanlloh, selamat jalan Ustadz Ali Mukhtar bi barokati fatihah

    BalasHapus