11 November 2011

Perlu Manasik Lift

 


Dalam kelakarnya, Gus Mus pernah berkata, "Daripada membuat Ka'bah-ka'bahan, mending bikin lift. Sebab, untuk mengitari Ka'bah, jamaah haji ngak mungkin salah arah".

Apa yang dikatakan KH Mustofa Bisri itu, kayaknya realistis, bukan sekedar pepesan kosong. Pasalnya, jamaah haji kita ternyata masih banyak yang kebingungan menaiki tangga eskalator atau lift. Apalagi, di Masjidil Haram saat ini, untuk naik maupun turun di lantai masjid, jamaah harus pakai lift. Jika takut, terpaksa mereka memilih solat di halaman luar.

Bahkan, ada peristiwa unik yang dialami para calon jamaah haji. Kebetulan, mereka adalah tetangga saya yang akan berangkat haji tahun ini, 2011. Ketika mereka mendapat informasi bahwa hotel tempat inap di Mekah dan Madinah, tidak ada tangganya tapi lift kotak, mereka pun bingung. Tidak mengerti caranya. Bahkan, mereka khawatir jika nanti salah pencet, malah mogok di tengah jalan.

Nah, kebetulan salah satu tetangga sedang sakit dan dirawat di rumah sakit yang juga ada lift kotak-nya. Agar nanti tidak salah, kesempatan menjenguk tetangga itu, mereka sekeluarga gunakan untuk latihan naik turun lift. Menariknya, dalam pelatihan ini juga ada tutornya.

"Pertama, di depan pintu lift, lihat tanda panah (ke atas) atau (ke bawah). Panah ke atas berarti untuk naik ke lantai atas, sebaliknya, panah ke bawah berarti turun ke lantai bawah. Paham?", kata si tutor.

"Oiya, mohon ketika masuk, sandal jangan di lepas di depan pintu lift agar nanti ketika sampai di lantai tujuan, tidak kebingungan mencari sandal, Oke", kata si tutor lagi.

"Setelah masuk ke dalam, tenangkan pikiran. Fokus pada lantai yang dituju. Tapi, jangan terlalu lama dan ngak perlu doa bertele-tele. Segera lihat di samping pintu lift. Di sana ada tombol-tombol angka 1, 2, 3 dst. Pencet angka lantai yang hendak dituju. Pintu akan tertutup secara otomatis, jangan kaget!".

"Saat lantai berjalan naik/turun, perhatikan lampu konektor yang menunjukkan lift sedang berada di lantai mana. Setelah angka 2, lalu 3, dan seterusnya yang itu membuktikan bahwa lift sedang bergerak naik. Jika Anda ingin ke lantai 8, lalu di lantai 5 lift berhenti dan ada yang mau masuk, jangan keluar dulu. Sekali lagi, perhatikan lampu konektor tempat lift berada. Orang yang mau masuk itu karena ia telah memencet tanda panah naik dan ingin ikut ke atas juga. Jelas?", kata si tutor, tegas.

"Masih bingung? Ada pertanyaan?", tanya di tutor. Salah seorang jamaah bertanya, "Jika yang masuk tadi memencet tombol turun ke lantai 1, sekarang lift di lantai 5, padahal kami belum sampai di lantai 8, apa si lift turun lagi? Bisa-bisa, kami ngak nyampek di lantai 8 kalau naik-turun terus".

"Wah, Bapak kritis juga. Perlu diingat, ngak mungkin lift ini turun lagi di tengah jalan. Lift akan berhenti dan mempersilahkan orang yang tadi menekan tombol di lantai 5 hanya kepada orang-orang yang hendak naik saja. Kalau orang di luar sana menekan tombol turun, ke lantai 1 misalnya, lift pasti akan mengantar Bapak untuk naik dulu. Setelah itu, ia akan berjalan turun mengantar siapa saja yang turun dan bahkan menjemput orang yang di lantai 8 tadi".

Si penanya mangut-mangut. "Wah, hebat sekali lift ini. Adil, yang lebih dulu mencet, yang diantarkan. Oiya, gimana kalo yang mencet itu Kiai atau Ketua KBIH, apa lift-nya juga akan mengantar kita dulu, atau jangan-jangan, beliau-beliau yang diprioritaskan?", tanya isterinya.

Pak Tutor menjawab, "Ya ngak mungkin lah. Lift ini ngak punya rasa sungkan. Dia ini robot yang tegas, cerdas, adil dan membela siapa saja yang lebih dulu menyentuhnya. Ketika di lift, maka lift inilah Kiai dan Ketua KBIH Bapak-Ibu sekalian".

Lama sekali mereka sekeluarga latihan naik-turun lift. Menjenguk orang sakit hanya acara tambahan. Yang terpinting, latihan naik lift. Setelah puas dan merasa bisa, keesokan harinya merek berencana meneruskan "Manasik Lift Kedua", yakni tangga eskalator. Mereka akan pergi ke Mall Matahari, sebab di sana ada lift eskalator naik-turun. Jika perlu, sehari penuh untuk latihan "sai" naik-turun lift dengan menggunakan mukenah, aneka jenis sandal, sarung dan sebagainya agar tidak "kejepit".

Demikian "Manasik Lift" bagi calon jamaah haji. Gimana, lebih sulit mana: tehnik thawaf atau tatacara naik-turun lift?

Ini bukan sekedar guyonan, tapi fakta bahwa ternyata jamaah haji kita banyak yang tidak memahami "medan" di tanah suci, terutama terkait teknologi modern. So, bagi penyelenggara haji dan KBIH, hal yang sepertinya remeh ini supaya menjadi perhatian dan bila perlu dimasukkan program praktik "Manasik Lift".

Tidak ada komentar:
Tulis komentar