Dalam kelakarnya, Gus Mus pernah berkata, "Daripada membuat
Ka'bah-ka'bahan, mending bikin lift. Sebab, untuk mengitari Ka'bah,
jamaah haji ngak mungkin salah arah".
Apa yang dikatakan
KH Mustofa Bisri itu, kayaknya realistis, bukan sekedar pepesan kosong.
Pasalnya, jamaah haji kita ternyata masih banyak yang kebingungan
menaiki tangga eskalator atau lift. Apalagi, di Masjidil Haram saat ini,
untuk naik maupun turun di lantai masjid, jamaah harus pakai lift. Jika
takut, terpaksa mereka memilih solat di halaman luar.
Bahkan,
ada peristiwa unik yang dialami para calon jamaah haji. Kebetulan,
mereka adalah tetangga saya yang akan berangkat haji tahun ini, 2011.
Ketika mereka mendapat informasi bahwa hotel tempat inap di Mekah dan
Madinah, tidak ada tangganya tapi lift kotak, mereka pun bingung. Tidak
mengerti caranya. Bahkan, mereka khawatir jika nanti salah pencet, malah
mogok di tengah jalan.
Nah, kebetulan salah satu tetangga
sedang sakit dan dirawat di rumah sakit yang juga ada lift kotak-nya.
Agar nanti tidak salah, kesempatan menjenguk tetangga itu, mereka
sekeluarga gunakan untuk latihan naik turun lift. Menariknya, dalam
pelatihan ini juga ada tutornya.
"Pertama, di depan pintu
lift, lihat tanda panah (ke atas) atau (ke bawah). Panah ke atas berarti
untuk naik ke lantai atas, sebaliknya, panah ke bawah berarti turun ke
lantai bawah. Paham?", kata si tutor.
"Oiya, mohon ketika
masuk, sandal jangan di lepas di depan pintu lift agar nanti ketika
sampai di lantai tujuan, tidak kebingungan mencari sandal, Oke", kata si
tutor lagi.
"Setelah masuk ke dalam, tenangkan pikiran.
Fokus pada lantai yang dituju. Tapi, jangan terlalu lama dan ngak perlu
doa bertele-tele. Segera lihat di samping pintu lift. Di sana ada
tombol-tombol angka 1, 2, 3 dst. Pencet angka lantai yang hendak dituju.
Pintu akan tertutup secara otomatis, jangan kaget!".
"Saat
lantai berjalan naik/turun, perhatikan lampu konektor yang menunjukkan
lift sedang berada di lantai mana. Setelah angka 2, lalu 3, dan
seterusnya yang itu membuktikan bahwa lift sedang bergerak naik. Jika
Anda ingin ke lantai 8, lalu di lantai 5 lift berhenti dan ada yang mau
masuk, jangan keluar dulu. Sekali lagi, perhatikan lampu konektor tempat
lift berada. Orang yang mau masuk itu karena ia telah memencet tanda
panah naik dan ingin ikut ke atas juga. Jelas?", kata si tutor, tegas.
"Masih
bingung? Ada pertanyaan?", tanya di tutor. Salah seorang jamaah
bertanya, "Jika yang masuk tadi memencet tombol turun ke lantai 1,
sekarang lift di lantai 5, padahal kami belum sampai di lantai 8, apa si
lift turun lagi? Bisa-bisa, kami ngak nyampek di lantai 8 kalau
naik-turun terus".
"Wah, Bapak kritis juga. Perlu diingat,
ngak mungkin lift ini turun lagi di tengah jalan. Lift akan berhenti
dan mempersilahkan orang yang tadi menekan tombol di lantai 5 hanya
kepada orang-orang yang hendak naik saja. Kalau orang di luar sana
menekan tombol turun, ke lantai 1 misalnya, lift pasti akan mengantar
Bapak untuk naik dulu. Setelah itu, ia akan berjalan turun mengantar
siapa saja yang turun dan bahkan menjemput orang yang di lantai 8 tadi".
Si
penanya mangut-mangut. "Wah, hebat sekali lift ini. Adil, yang lebih
dulu mencet, yang diantarkan. Oiya, gimana kalo yang mencet itu Kiai
atau Ketua KBIH, apa lift-nya juga akan mengantar kita dulu, atau
jangan-jangan, beliau-beliau yang diprioritaskan?", tanya isterinya.
Pak
Tutor menjawab, "Ya ngak mungkin lah. Lift ini ngak punya rasa sungkan.
Dia ini robot yang tegas, cerdas, adil dan membela siapa saja yang
lebih dulu menyentuhnya. Ketika di lift, maka lift inilah Kiai dan Ketua
KBIH Bapak-Ibu sekalian".
Lama sekali mereka sekeluarga
latihan naik-turun lift. Menjenguk orang sakit hanya acara tambahan.
Yang terpinting, latihan naik lift. Setelah puas dan merasa bisa,
keesokan harinya merek berencana meneruskan "Manasik Lift Kedua", yakni
tangga eskalator. Mereka akan pergi ke Mall Matahari, sebab di sana ada
lift eskalator naik-turun. Jika perlu, sehari penuh untuk latihan "sai"
naik-turun lift dengan menggunakan mukenah, aneka jenis sandal, sarung
dan sebagainya agar tidak "kejepit".
Demikian "Manasik Lift" bagi calon jamaah haji. Gimana, lebih sulit mana: tehnik thawaf atau tatacara naik-turun lift?
Ini
bukan sekedar guyonan, tapi fakta bahwa ternyata jamaah haji kita
banyak yang tidak memahami "medan" di tanah suci, terutama terkait
teknologi modern. So, bagi penyelenggara haji dan KBIH, hal yang
sepertinya remeh ini supaya menjadi perhatian dan bila perlu dimasukkan
program praktik "Manasik Lift".
Tidak ada komentar:
Tulis komentar