Tahun Jawa Saka adalah penanggalan Jawa yang dahulu mengikuti Tahun
Saka yang awalnya berasal dari penganut hindu di India hingga agama
hindu menyebar di pulau Jawa sampai Bali.
Tatkala Islam
sebagai agama baru diterima masyarakat Jawa berkat perjuangan dakwah
para wali, maka penganut Islam pun sedikit demi sedikit menjadi dominan.
Meski demikian, orang muslim Jawa yang memeluk Islam masih kental
dengan tradisi dan budayanya. Mengingat, ritual keagamaan ala hindu
telah mengakar pada budaya masyarakat yang begitu mengagungkan kekuatan
mistis.
Islam sebagai agama universal, jelas merangkul
semua budaya. Ritual budaya yang mengandung syirik, oleh para wali
diarahkan menuju tauhid tanpa mempertentangkan adat dan istiadat
setempat. Karenanya, Islam begitu mudah diterima oleh masyarakat Jawa.
Tatkala
kerajaan Mataram berkuasa, Sri Sultan Agung Hanyokrokusumo, Raja
Mataram (1613-1645) yang beragama Islam, berniat mempersatukan seluruh
tanah Jawa. Salah satu inisiatif beliau adalah dengan mempersatukan
penanggalan Jawa Saka dengan penanggalan Islam (Hijriyah).
Akhirnya,
melalui dekrit Sultan Agung, diberlakukan penanggalan hijriyah yang
meliputi seluruh Jawa, Madura hingga Bali, kecuali Banyuwangi dan Banten
karena bukan termasuk ke dalam kerajaan Mataram.
Ketika
itu, Tahun Jawa Saka bertepatan dengan tanggal 1 Suro Tahun 1555 dan
Tahun Baru Islam bertepatan dengan tanggal 1 Muharram Tahun 1043.
Sedangkan Tahun Masehi bertepatan tanggal 8 Juli Tahun 1633.
Tepat
pada tanggal 1 Suro 1555 atau 1 Muharram 1043 (selisih 512 tahun), Sri
Sultan Agung mempersatukan Penanggalan Jawa dan Islam. Tahun Jawa Saka
yang sebelumnya mengikuti peredaran matahari sebagaimana tahun masehi,
oleh Sultan Agung diikutkan atau disamakan dengan tahun baru hijriyah
yang mengikuti peredaran bulan seperti juga penanggalan Cina.
Meski
dekrit itu lahir, namun Sri Sultan Agung tidak memulai tahun Jawa Saka
dari Nol, atau menyamakan tahun Jawa Saka dengan tahun hijriyah (1043).
Namun, beliau tetap meneruskan hitungan tahun Saka Jawa dari tahun 1555.
Keputusan Sri Sultan Agung ini menunjukkan kearifan beliau yang begitu
menghormati karya astronomi para leluhur Jawa.
Beberapa
kalangan muslim, boleh jadi tidak puas dengan keputusan itu. Namun, di
mata para wali dan ulama muslim di Jawa, justru menilai keputusan itu
sangat tepat. Dampak dari keputusan Sri Sultan ini adalah bersatunya
kekuatan sosial masyarakat Jawa dan para penganut muslim.
Pada
tahap selanjutnya, dengan keputusan itu, Islam malah disambut gembira
oleh masyarakat Jawa. Secara bertahap, sedikit demi sedikit, Islam pun
mengakar di tanah Jawa. Meskipun, harus diakui bahwa ajaran Islam yang
berporos pada tauhid masih juga digabung dengan aliran-aliran kejawen
dan kebatinan.
Dengan demikian, kiprah Sultan Agung tidak
bisa dilupakan sejarah perkembangan agama Islam di tanah Jawa. Momentum
tahun baru hijriyah yang diintegrasikan dengan tahun Saka Jawa merupakan
bagian dari tahun kemenangan Islam di Jawa.
Oleh karena
itu, jikalau S. Ali bin Abu Tholib berargumen bahwa peristiwa hijrah
dari Mekah ke Madinah merupakan babak baru Islam sehingga usulannya itu
diterima oleh Khalifah Umar bin Khattab, maka yang perlu dicatat adalah
bahwa sejarah Islam di tanah Jawa pun juga tidak lepas dari keputusan
bijak Sri Sultan Agung yang mempertemukan antara penanggalan Jawa Saka
dengan Hijriyah.
Selamat Datang Tahun Baru Hijriyah
Selamat Datang Islam Tanah Jawa
terima kasih informasinya :)
BalasHapussilahkan kunjungi juga Cara Menghitung Weton Jodoh Secara Online Dan Melihat Kecocokannya