29 November 2011

Tahun Jawa Saka dan Hijriyah

 


Tahun Jawa Saka adalah penanggalan Jawa yang dahulu mengikuti Tahun Saka yang awalnya berasal dari penganut hindu di India hingga agama hindu menyebar di pulau Jawa sampai Bali.

Tatkala Islam sebagai agama baru diterima masyarakat Jawa berkat perjuangan dakwah para wali, maka penganut Islam pun sedikit demi sedikit menjadi dominan. Meski demikian, orang muslim Jawa yang memeluk Islam masih kental dengan tradisi dan budayanya. Mengingat, ritual keagamaan ala hindu telah mengakar pada budaya masyarakat yang begitu mengagungkan kekuatan mistis.

Islam sebagai agama universal, jelas merangkul semua budaya. Ritual budaya yang mengandung syirik, oleh para wali diarahkan menuju tauhid tanpa mempertentangkan adat dan istiadat setempat. Karenanya, Islam begitu mudah diterima oleh masyarakat Jawa.

Tatkala kerajaan Mataram berkuasa, Sri Sultan Agung Hanyokrokusumo, Raja Mataram (1613-1645) yang beragama Islam, berniat mempersatukan seluruh tanah Jawa. Salah satu inisiatif beliau adalah dengan mempersatukan penanggalan Jawa Saka dengan penanggalan Islam (Hijriyah).

Akhirnya, melalui dekrit Sultan Agung, diberlakukan penanggalan hijriyah yang meliputi seluruh Jawa, Madura hingga Bali, kecuali Banyuwangi dan Banten karena bukan termasuk ke dalam kerajaan Mataram.

Ketika itu, Tahun Jawa Saka bertepatan dengan tanggal 1 Suro Tahun 1555 dan Tahun Baru Islam bertepatan dengan tanggal 1 Muharram Tahun 1043. Sedangkan Tahun Masehi bertepatan tanggal 8 Juli Tahun 1633.

Tepat pada tanggal 1 Suro 1555 atau 1 Muharram 1043 (selisih 512 tahun), Sri Sultan Agung mempersatukan Penanggalan Jawa dan Islam. Tahun Jawa Saka yang sebelumnya mengikuti peredaran matahari sebagaimana tahun masehi, oleh Sultan Agung diikutkan atau disamakan dengan tahun baru hijriyah yang mengikuti peredaran bulan seperti juga penanggalan Cina.

Meski dekrit itu lahir, namun Sri Sultan Agung tidak memulai tahun Jawa Saka dari Nol, atau menyamakan tahun Jawa Saka dengan tahun hijriyah (1043). Namun, beliau tetap meneruskan hitungan tahun Saka Jawa dari tahun 1555. Keputusan Sri Sultan Agung ini menunjukkan kearifan beliau yang begitu menghormati karya astronomi para leluhur Jawa.

Beberapa kalangan muslim, boleh jadi tidak puas dengan keputusan itu. Namun, di mata para wali dan ulama muslim di Jawa, justru menilai keputusan itu sangat tepat. Dampak dari keputusan Sri Sultan ini adalah bersatunya kekuatan sosial masyarakat Jawa dan para penganut muslim.

Pada tahap selanjutnya, dengan keputusan itu, Islam malah disambut gembira oleh masyarakat Jawa. Secara bertahap, sedikit demi sedikit, Islam pun mengakar di tanah Jawa. Meskipun, harus diakui bahwa ajaran Islam yang berporos pada tauhid masih juga digabung dengan aliran-aliran kejawen dan kebatinan.

Dengan demikian, kiprah Sultan Agung tidak bisa dilupakan sejarah perkembangan agama Islam di tanah Jawa. Momentum tahun baru hijriyah yang diintegrasikan dengan tahun Saka Jawa merupakan bagian dari tahun kemenangan Islam di Jawa.

Oleh karena itu, jikalau S. Ali bin Abu Tholib berargumen bahwa peristiwa hijrah dari Mekah ke Madinah merupakan babak baru Islam sehingga usulannya itu diterima oleh Khalifah Umar bin Khattab, maka yang perlu dicatat adalah bahwa sejarah Islam di tanah Jawa pun juga tidak lepas dari keputusan bijak Sri Sultan Agung yang mempertemukan antara penanggalan Jawa Saka dengan Hijriyah.

Selamat Datang Tahun Baru Hijriyah
Selamat Datang Islam Tanah Jawa

1 komentar:
Tulis komentar