Ada pemandangan menarik hari ini di beberapa kelurahan di kota
Malang. Guru-guru ngaji dari berbagai TPQ sama-sama berkumpul dan antri
untuk mendapatkan dana insentif yang digelontorkan Pemerintah Kota
Malang.
Bagi guru ngaji, jelas hal ini merupakan berkah
tersendiri. Apalagi, bagi TPQ atau majelis pengajian yang sehari-hari
tidak memungut SPP dari anak asuhnya alias ikhlas beramal, maka momen
tahunan seperti hari ini sangat dinantikan oleh para pejuang pendidikan
al-Quran.
Saya melihat, hal ini sebagai bentuk apresiasi
pemerintah kota yang patut diacungi jempol. Dana insentif itu, terlepas
dari pro dan kontra, merupakan dana yang bisa dikatakan "tepat sasaran".
Artinya, program ini tidak salah karena memang seharusnya nasib para
guru itu diperhatikan. Walaupun, perlu juga diadakan riset dan pendataan
ulang.
Bagi beberapa orang, boleh jadi, besaran dana
sebanyak 213.700 rupiah yang dibungus dalam amplop itu, masih dipandang
kecil atau bahkan belum mencukupi. Penilaian semacam ini wajar karena
bagaimanapun juga, besaran dana itu bersifat relatif. Tergantung siapa
yang melihatnya dan dari sudut pandang mana ia menilai.
Namun,
sekali lagi, keberadaan program ini sangat menggembirakan para guru
TPQ, terutama yang ada di perkampungan dan di pinggiran kota. Di tengah
kesibukan mereka berjuang demi mencerdaskan anak bangsa dan memberantas
buta huruf al-Quran, ternyata pemerintah masih meresponnya dengan baik.
Ke
depan, para guru itu juga berharap ada bantuan berupa infrastruktur
yang mendukung proses belajar mengajar, seperti: bantuan mushaf,
multimedia, bangku, seragam, rebana dan sebagainya. Tentu saja, bantuan
bernilai besar semacam ini tidak sekedar bantuan langsung biasa, tapi
bisa dikemas secara kompetitif. Misalnya, dengan perlombaan, hasil
riset, uraian prestasi lembaga, dan sebagainya.
Dengan
bantuan yang bersifat kompetitif dan berbasis pada prestasi, maka ke
depan, pengelola TPQ dan majelis pengajian tersebut akan berlomba-lomba
untuk meningkatkan kualitasnya. Mereka akan memiliki tanggung jawab dan
semangat tinggi untuk mencerdaskan anak didiknya.
Selain
TPQ atau majelis taklim al-Quran yang mayoritas masih pendidikan untuk
level dasar (anak-anak), ada juga majelis taklim di kampung yang peserta
didiknya juga para remaja, orang dewasa dan bahkan manula. Untuk
pengajian di level lanjutan ini, kenyataannya juga tidak kalah beratnya.
Dan, para guru untuk level ini masih belum terdaftar sebagai penerima
dana insentif sebagaimana di atas.
Oleh karena itu, bagi
perangkat pembantu pemerintah seperti ketua RT dan RW, mereka perlu
turut andil memperjuangkan nasib para guru tersebut dengan cara,
misalnya, mendata dan mendaftarkannya sebagai penerima dana bantuan
intensif. Data-data ini perlu di-update setiap tahun untuk menghindari
kebocoran dan agar tidak salah sasaran.
Terakhir, atasnama
para guru ngaji dan pengelola TPQ maupun majelis taklim, disampaikan
terima kasih atas bantuan ini. Semua berharap, semoga kualitas
pendidikan umat Islam, terutama pada level dasar, menjadi lebih baik dan
berkualitas. Para guru juga diharap lebih bersemangat mengajar dan
menjalankan tanggung jawab ini.
Tidak ada komentar:
Tulis komentar