Di dunia industri hiburan, khususnya musik, kemunculan grup-grup ala
"boy band" akhir-akhir ini, benar-benar menjadi trend di kalangan anak
muda. Di samping juga, lahirnya genk-genk motor yang meresahkan
masyarakat.
Tak ayal lagi, jika kemudian anak-anak muda
yang kebetulan punya modal tampang agak nyentrik, mode rambut ala
mandarin, meski kualitas vokalnya pas-pasan, maka bisa saja secara
instant membentuk grup boy band. Asal, didukung dana dan manajemen yang
solid serta strategi pemasaran yang kreatif.
Terlebih
lagi, even-even perlombaan dan ajang adu kreatifitas yang tersebar di
berbagai media, juga kian marak, seta didukung sponsor yang dananya tak
terbatas. Ini semua turut andil mendukung lahirnya boy band baru.
Yang
tak kalah penting lagi, demam boy band kini memang sedang melanda Asia,
mulai dari Korea, Jepang, Malaysia hingga ke Indonesia sebagai negara
berpenduduk muslim terbesar di dunia. Jelas, momentum ini tidak akan
disia-siakan oleh dunia industri musik. Jutaan para penggila boy band di
kalangan anak muda adalah pasar empuk yang bisa mendatang keuntungan
berlipat-ganda.
Di Indonesia, untuk membakar "fanatisme"
generasi muda terhadap boy band idola mereka, maka didatangkanlah
grup-grup boy band dari luar negeri, terutama dari negeri gingseng,
Korea, yang dinilai sebagai barometer boy band di Indonesia. Salah
satunya adalah “Super Junior” yang bikin heboh!
Konser boy
band yang nanti akan digelar di Jakarta itu, entah bertujuan untuk
menggerakkan industri musik tanah air, untuk mengukur dan mensejajarkan
talenta dalam negeri, atau untuk tujuan lainnya. Yang pasti, this is a
bussines.
Dan, yang paling menggemparkan, atau tepatnya,
yang paling aneh, adalah saat-saat generasi muda kita rela antri tiket
hanya untuk menonton aksi panggung para boy band luar negeri. Sungguh di
luar dugaan!
Perlu dipertanyakan, ada apa ini? Mengapa
generasi muda Indonesia sampai rela berdesak-desakan dan antri
berjam-jam, hanya untuk menonton boy band "Super Junior"? Mereka tidak
peduli lagi dengan siang atau malam, harga tiketnya mahal atau dilipat
gandakan, yang penting puas, bisa berjingkrak, berteriak bersama boy
band idola mereka.
Benar-benar sakit!
Bisa
dilihat juga, beberapa fans boy band dari generasi muda Indonesia, ada
yang sampai mengenal cukup dalam seputar latar belakang idola, bila
perlu hafal silsilah nasab mereka. Ada yang ngefans karena sangat
terpukau dengan kualitas vokal atau gaya panggung sang artis, namun
tidak sedikit juga yang cuma ikut-ikutan. Yah….karena semua teman suka
boy band, maka ngak keren dong kalau ketinggalan zaman. Ngerti atau
ngak, yang penting larut dalam arus trend modern.
Benar-benar sakit!
Kabarnya,
demi "SuJu", para remaja kita rela bermalam demi selembar tiket.
Bahkan, ada yang mengaku pusing, kejepit, kesakitan, pingsan serta
penderitaan lainnya. Anehnya, mereka tetap menikmati. Kabarnya lagi,
karena tiket ludes hanya dalam hituangan menit, mereka marah dan berdemo
agar konser ditambah hingga akhirnya SuJu pun diputuskan akan manggung 3
kali di Indonesia. Edan!
Ada apa dengan generasi muda
Indonesia? Mengapa fans boy band begitu gila dan tumbuh subur bagai
jamur? Ada apa pula dengan geng-geng motor, tawuran antar pelajar dan
maraknya aksi kriminalitas di kalangan muda-mudi?
Pertanyaan
ini seharusnya menjadi perhatian orang tua dan juga pemerintah di
negeri ini. Apakah generasi kita perlu terus-terusan diberi makan berupa
hiburan musik dan joget saja? Apakah sebagai panutan bagi mereka, hanya
kita suguhkan para publik figur semacam selebritis dan artis hingga
mereka ngefans mati-matian?
Jika hanya hiburan, musik,
joget, hidup hedonis, materialistis, contoh artis, selebritis, dan
keglamoran yang terus disuguhkan kepada generasi muda, maka sebenarnya
bangsa ini sedang mempersiapkan sebuah generasi yang sakit di masa
depan.
Tidak ada komentar:
Tulis komentar