Bagi Anda pengendara motor atau mobil yang hendak ke Malang,
bersiap-siaplah uang ribuan atau dua ribuan. Sebab, dimanapun kendaraan
Anda berhenti, entah mau belanja di toko, apotik, periksa ke dokter,
bahkan mampir ke ATM untuk ambil uang meski sebentar, Anda akan dimintai
uang parkir.
Entah apa yang dimaksud uang parkir itu?
Bisa juga Anda definisikan pajak, upeti, uang keamanan, rampok, infaq,
sedekah, zakat, asuransi, atau apa saja, yang penting, Anda tidak akan
bebas menghentikan kendaraan Anda dimanapun di kota Malang. Bahkan,
beberapa mall dan rumah sakit sudah menetapkan tarif parkir per-jam.
Semakin lama motor dan mobil Anda "bertapa", maka bersiaplah merogoh
kocek lebih dalam lagi.
Hampir di setiap toko, warung atau
ruko, mesti ada juru parkir. Memang sih rompinya berwarna orange dan
membawa lampu merah plus pluit kecil, bahkan siap karcis segala. Tapi,
entahlah uang parkir itu untuk si bos pemilik lahan, atau masuk ke kas
pemerintah. Yang jelas, kalau suatu hari Anda berkeliling dari toko ke
toko, misalnya, karena barang yang ingin Anda beli tidak sesuai selera,
maka setiap Anda berhenti di depan toko-toko itu, Anda akan dikenakan
tarif parkir!
Jika Anda naik motor lalu berhenti 10 kali,
Anda harus siap 10 ribu rupiah. Bila Anda naik mobil, tarifnya 2 ribu
untuk sekali parkir. Harga ini sudah umum, tidak bisa ditawar-tawar
lagi. kalau Anda tidak ingin ribut dengan si juru parkir.
Jika
Anda punya waktu, cobalah hitung sendiri berapa biaya yang harus Anda
tanggung untuk parkir setiap hari, setiap minggu, setiap bulan dan
setiap tahun? Itu pun tidak ada jaminan bila motor Anda hilang atau cat
mobil Anda tergores, si juru parkir tidak mau mengganti 100 persen.
Bahkan, mungkin tidak sama sekali. Entahlah, inilah Malang kota parkir.
Seorang
teman pernah bertanya, "Hari gini, paling enak kerja apa?". Kontan
saja, sahabat saya menjawab, "Juru Parkir". "Kok bisa? Kenapa?", tanya
saya. "Iya, dong... cuma modal peluit, rompi warna orange, sudah cukup.
Cuma duduk di depan toko sambil merokok, eh, Anda sudah dapat uang.
Cukup berdiri, lihat posisi jalan dan mobil/motor yang hendak parkir,
lalu priiiiit...... Anda sudah dapat uang".
"Wah, enak
banget", pikir saya. Pasti, si bos yang punya lahan parkir, hidupnya
lebih enak dan lebih santai lagi. Tinggal duduk manis di rumah, sore
sudah dapat setoran. Inilah bisnis parkir yang makin diminati. Yang
mahal cuma modal awal untuk beli lahan di depan pertokoaan atau dimana
saja, setelah itu, uang Anda akan mengalir ke kantong Anda.
Apalagi,
makin tahun, jumlah kendaraan bermotor makin banyak. Pertokoan dan
tempat keramaian juga kian padat dan tersebar di mana-mana. Fenomena itu
kian menegaskan bahwa bisnis parkir di masa depan, masih jadi pekerjaan
favorit para pemilik modal bekerjasama dengan preman jalanan. Klop!
Bila
memang hasil parkir itu masuk ke kas pemerintah, coba dong sekali-kali
diumumkan, misalnya, via website. Kan, teknologi udah maju. Contoh saja,
parkir di Mall A, pemasukan bulan ini sekian, di toko B jalan ini
sekian, dan seterusnya.
Satu lagi, pemerintah juga perlu
mensosialisasikan tentang daerah atau wilayah mana saja yang wajib
parkir? Harus ada pengumuman atau semacam tanda "Disini Wajib Parkir"
dan "Disini bebas parkir" dengan rincian biaya plus jaminan.
Pemberitahuan
semacam itu diperlukan untuk mengurangi tumbuhnya parkir atau pungutan
liar dari para preman! Sebab, kota Malang ini sebenarnya disebut Kota
Malang atau Kota Preman sih? Bila perlu, dimintakan fatwa tentang
halal-haramnya uang parkir tersebut? Apakah mengandung berkah atau
tidak?
Masih banyak terobosan lain yang bisa ditempuh
Pemerintah Kota Malang untuk mengatasi hal ini. Jangan cuma ramai-ramai
mendaftar sebagai calon pemimpin, tapi tidak punya program yang pro
rakyat, justru pro preman.
Inilah wajah kota Malang, bukan lagi kota pendidikan dan kota bunga, tapi kota parkir dan kota para preman jalanan.
mantep gan...haha..aq lg kerja skripsi mengenai"tidak signifikannya pertambahan jumlah kendaraan terhadap penerimaan pajak parkir kota malang"..doakan gan ,semoga berjalan lancar dan berguna.amin
BalasHapusMbak Leny Nurfitri, terima kasih atas kunjungannya, semoga skripsinya cepet selesai dan bisa memberi masukan berharga bagi pemerintah Kota Malang tentang problem parkir.
BalasHapusklo bsa share d media sosial lain biar byk yg tau
BalasHapusWah.. skrg 2014-2015 tambah parah pak.. motor sudah mulai 2000. Menyakitkan banget memang masalah parkir di kota malanh. sy sangat setuju memang kl malang adaalh kota parkir. Orang2 yg harusnya masih produktif kerja, eh malah jadi tukang parkir. Duduk manis sama teman2nya dengan segelas kopi, rokok merk inter/marlboro/234, makan pasti beli ga pernah bontot. Ampun deh.. Coba sampean ke Ruko depan RS Lavalet. semua petugas parkirnya pasti setiap malam minum susu STMJ yg buka didepannya. Harga susunya 9.000, waktu itu ada 4 gelas. bayangkan. sudah berapa duit itu, belum rokoknya.. Kayaaa banget petugas parkir di Malang. Sy jg punya usaha di ruko dinoyo. tarif parkir ditarik 2000 meskipun tidak jadi beli. Diajak omong baik2 ga bisa, tetap g mau nurunin parkir, dibilangin orang itu tidak jadi beli tp ttp ditarik, lapor ke dishub ga ada tindak lanjut. Parahnya lagi pegawai saya makan bawa bontot, eh mereka pasti beli kopi, minuman dingin, rokok pasti inter, makanan pasti beli. Oh iya 1 lagi MALANG KOTA PKL deh.. Soalx PKL skrg meraja lela. Dimana ada badan jlan, teras ruko langsung digasak, tiap malam petugas pemerintah menarik retribusi pakai karcis walaupun bukan dibadan jalan alias teras ruko. Nah rakyat kecil mana mau tau itu resmi atau tidak, pikir mereka pokoknya saya bayar saya ya sudah sewa. dan siapa yg dirugikan, pemilik ruko yg sebenarnya tidak nyaman dan dirugikan dgn pkl2 tsb. Namun apa daya musuh mereka ya bisa dibilang cari ramai. Pemerintah Malang tambah lama tambah kemunduran.. Pajak dapat banyaaaakkk, tapi tidak ada pembangunan. eh malah yg enggak2 dibikin, tamanlah, lampu kelap kelip lah.. Ampun deh.. Siapapun Help donk.. Yang bisa bantu melaporkan keruwetan Malang ke dinas yg lebih tinggi. Karena saya yakin uang2 parkir dan pkl tsb tidak masuk pemerintah, walapun masuk tp dipotong begitu banyaknya.
BalasHapusterima kasih atas komentarnya, kota Malang memang lagi parah, perlu pembenahan menyeluruh, sebelum lumpuh
BalasHapusPERLU BELAJAR KE SURABAYA ITU SUPAYA LEBIH TEGAS DAN BERANI..!!!
BalasHapus