Buku adalah jendela untuk menatap dunia. Ia adalah media untuk
melihat masa lalu, sekarang dan juga masa depan. Bukankah mukjizat
terbesar Nabi Muhammmad adalah sebuah kitab yang suci dan abadi? Ini
artinya, buku merupakan warisan berharga yang sangat penting nilainya.
Budaya
membaca buku, saat ini dirasakan oleh berbagai pihak, mulai terkikis.
Padahal, bangsa yang besar adalah bangsa yang rakyatnya terbebas dari
buta huruf dan tidak miskin informasi. Buku akan sanggup menjembatani
generasi muda untuk belajar histori masa lalu sehingga mereka bisa
mengambil aspek positifnya.
Masjid sebagai tempat ibadah,
juga harus menjadi pusat penyebaran ilmu pengetahuan. Sebab, ibadah
tanpa ilmu selain tidak sah juga akan sesat dan menyesatkan. Karenanya,
memposisikan masjid sebagai sentral ibadah dan ilmu pengetahuan menjadi
keharusan bagi semua jamaah dan warga untuk merealisasikannya.
Untuk
mewujudkan hal itu, salah satunya diperlukan perpustakaan masjid yang
menghimpun buku-buku yang bernuansa religius, ilmiah dan inspiratif.
Dengan adanya perpustakaan, masjid akan berfungsi mencerdaskan kehidupan
umat.
Nantinya, setelah pembangunan selesai, di masjid
Muritsul Jannah akan tersedia sebuah ruang perpustakaan, lengkap dengan
buku-buku agama dan juga multimedia. Dengan dukungan pengelolaan secara
profesional, perpustakaan masjid akan menjadi sumber inspiratif dan
jendela bagi umat untuk menggali ilmu dan informasi.
Bukan
hanya buku agama saja, tapi juga akan dilengkapi dengan buku-buku
sekolah mulai tingkat dasar, menengah hingga atas supaya warga di
sekitar masjid, terutama anak-anak dan remaja yang kurang mampu, bisa
terbantu dalam mencari sumber pengetahuan. Mereka pun akan diberi akses
yang mudah dan nyaman di perpustakaan masjid. Sambil membaca, juga
i'tikaf.
Bukankah ayat pertama yang turun berbunyi:
"iqra', bacalah!" yang itu menjadi titik awal perkembangan Islam?
Artinya, budaya baca harus terus disemarakkan, salah satunya melalui
masjid sebagai pusat peradaban.
Tidak ada komentar:
Tulis komentar