Dulu, saya siswa SDN Kotalama, sebuah sekolah yang terletak di dalam
kampung kelurahan Kotalama kecamatan Kedungkandang Malang. Setelah 30
tahun, saya lihat sekolah itu tidak banyak yang berubah. Masih khas
sekolah anak pinggiran. Hampir tidak terdengar prestasi menonjol yang
diraih sekolah ini.
Meski demikian, karena kecintaan
terhadap almamater dan juga kedekatan lokasi sekolah tersebut dengan
rumah saya, kini kedua putri saya pun bersekolah di SDN Kotalama. Yang
membedakan adalah dulu SDN Kotalama terbagi 4 SDN dalam 1 kompleks.
Kini, keempat SDN itu digabung menjadi satu sekolah, SDN Kotalama.
Satu
hal yang membuat saya tidak nyaman dengan SDN Kotalama. Saya mendengar,
kebanyakan orang tua wali murid yang mensekolahkan putra-putrinya di
situ, tidak bangga dengan SD tersebut. Seakan-akan, SDN Kotalama hanya
menjadi pelarian akhir setelah putra-putri mereka gagal diterima di
sekolah yang menurut mereka favorit. Selain itu, juga faktor ekonomi
masyarakatnya yang mayoritas pas-pasan.
Mereka
membandingkan SDN Kotalama dengan sekolah sekitarnya, seperti: SDN
Comboran, SDN Jodipan, MIN 1 Jalan Bandung dan bahkan dibandingkan
dengan sekolah atau madrasah swasta seperti MI at-Taraqqi, SDI
Sabilillah, Sekolah Alam Putra Buana dan banyak lagi.
Membandingkan
memang tidak salah. Itu hak siapa saja. Membuat perbandingan, pada
dasarnya adalah bagian evaluasi atau penilaian. Boleh jadi, hasil
perbandingan ini akan menjadi pemicu bagi pihak SDN Kotalama untuk
berbenah diri, mengejar prestasi dan berusaha meningkatkan kualitas
pendidikan.
Karena itu, sudah waktunya SDN Kotalama dan
juga sekolah-sekolah lain yang berada di pinggiran kota yang mayoritas
dihuni oleh siswa yang berasal dari keluarga bertaraf ekonomi pas-pasan,
untuk segera bangkit mensejajarkan diri dengan sekolah yang maju dan
berprestasi.
Mungkin saja pandangan ini dinilai agak
mengada-ada. Sebab biasanya, orang berpikir, "Seje rego, seje roso"
alias beda harga beda rasa. Maka, mungkinkan SDN Kotalama yang gratis
uang masuk dan gratis SPP bisa bersaing? Mampukah SDN Kotalama yang
minim fasilitas dan dipenuhi input siswa yang notabene-nya terbelakang
bisa menyaingi sekolah yang fasilitasnya lengkap, berbasis multimedia,
dan input (siswa yang mendaftar) sudah terseleksi secara ketat?
Jawabannya
memang akan mengarah pada kata "impossible, tidak mungkin". Namun,
adakah di dunia ini yang tidak mungkin? Semua bisa saja terjadi, tidak
ada yang tidak mungkin selama upaya untuk mewujudkan cita-cita itu
benar-benar telah dilakukan secara maksimal.
Permasalahannya
adalah adakah kemauan dari semua pihak untuk mewujudkan terobosan ini?
Harus ada agenda besar yang dicanangkan dan itu harus dijalankan oleh
semua pihak yang terkait dengan SDN Kotalama, seperti: pihak diknas,
kepala sekolah, guru, siswa, orang tua siswa, dan juga masyarakat.
Semua
komponen ini harus menyatu untuk mewujudkan cita-cita bersama agar SDN
Kotalama Malang ke depan, tidak dipandang sebelah mata dan diremehkan.
Semua harus memiliki rasa peduli dan rasa memiliki yang tinggi. Sebab,
yang paling miris, SDN Kotalama ini selalu dinilai sebagai pecundang,
minim prestasi dan menjadi pilihan terakhir.
Karenanya,
seiring dengan i'tikad baik pemerintah yang telah memberi fasilitas
biaya sekolah gratis, gaji dan tunjangan guru yang sudah lebih baik,
berbagai bantuan pendidikan dan tingginya semangat orang tua yang ingin
anaknya sukses, maka kekuatan ini jangan sampai disia-siakan. Guru
sebagai penanggung jawab utama keberhasilan siswa, harus menjadi motor
penggerak arus kebangkitan di SDN Kotalama Malang.
Terakhir,
harus ada upaya dan terobosan baru yang di luar kebiasaan yang harus
ditempuh oleh motor penggerak SDN Kotalama Malang. Kepala Sekolah dan
semua guru wajib segera berbenah diri dengan juga melibatkan para orang
tua murid dan masyarakat untuk bersama memajukan sekolah ini.
Hanya
itu pilihannya. Jika tidak dimulai dari sekarang, maka 30 tahun
mendatang sekolah ini akan tetap sama, atau bahkan semakin terpuruk dan
tertinggal dengan sekolah lain. Apalagi tuntutan hidup semakin tinggi.
Jika sekolah sebagai wadah untuk memperluas ilmu pengetahuan diabaikan,
maka ia tak ubahnya hanya akan melahirkan produk gagal yang
ujung-ujungnya menjadi "sampah".
Semangat, gaperlu dengerin nyinyiran orang, yang penting semangat dan meraih prestasi buat nujukin ini sdn kotalama! Bukan sdn abal abalan yang selalu dinyinyirin orang2 ga bertanggung jawab ..
BalasHapusSemangat ya!!!
Seseorang,
Murid sdn jodipan malang