Kiai Gang Muris adalah nama populer yang disematkan pada sosok KH
Mustaid Imron. Julukan itu tidak lepas dari peran besar di Masjid
Muritsul Jannah yang kebetulan terletak di dalam kampung, tepatnya di
Gang Muris Kebalen Wetan Malang.
Beliau adalah ulama yang
sabar, rendah hati, low profile dan figur pengayom bagi umat. Namun di
balik sosok kesederhanaannya, tersimpan lautan ilmu pengetahuan agama
yang sangat dalam. Hampir setiap saat, beliau tidak lepas dari ilmu.
Mengaji dan mengajar adalah hidupnya. Sebuah pengabdian mulia yang patut
diapresiasi.
Berasal dari keluarga Jawa, tepatnya dari
komunitas warga Kudus yang tersebar di Kotalama, Kiai Mustaid adalah
kiai yang bisa diterima semua kalangan. Tua, muda, pria, wanita, dari
suku Jawa maupun Madura, semua merasa senang mengaji kepada Kiai yang
sehari-hari berprofesi sebagai penjahit kain ini.
Dikaruniai
8 orang anak terdiri dari 2 laki-laki dan 6 perempuan, Kiai Mustaid
menjalani kehidupan dengan penuh perjuangan. Tidak mudah menanggung
hidup keluarga besar di tengah aktivitasnya yang juga mengabdi untuk
umat. Namun, beliau sanggup membagi waktu dan memberi sebuah
keteladanan, bahwa bagaimanapun juga dunia itu penting, namun jangan
sampai urusan duniawi mengalahkan kepentingan ukhrawi.
Itulah
poin penting yang bisa dipetik dari perjalanan hidup Kiai Mustaid yang
dulu setiap subuh selalu bertindak sebagai imam tetap di Masjid Muritsul
Jannah. Selepas shalat, beliau senantiasa memberi pengajian umum atau
kuliah subuh kepada jamaah hingga waktu duha tiba. Sebuah istiqamah yang
sulit ditandingi.
Untuk kalangan manula, cara mengajar
Kiai Mustaid sangat diminati. Suaranya merdu, perangainya kalem sehingga
dalam menjelaskan sebuah ilmu, dapat tersampaikan dengan pelan-pelan
sehingga mudah dimengerti oleh mereka yang telah lanjut usia.
Selain
menjadi imam rawatib, khatib tetap dan mengajar di Masjid Muritsul
Jannah, Kiai Mustaid juga bagian dari pengurus dan guru di Yayasan
Pendidikan Darus Sholihin Kotalama yang akhir-akhir ini terus
menampakkan kemajuan. Beliau adalah salah satu perintis sekaligus
pengajar di Madrasah Diniyah Darus Sholihin Kotalama, madrasah diniyah
pertama di wilayah Kotalama Malang.
Kiai Mustaid juga
banyak berkiprah dalam pembinaan thariqat atau istighatsah di kalangan
jamaah Masjid Muthahhar Jodipan. Acara itu biasa mereka sebut
"khususiyyah". Melalui dzikir, Kiai Mustaid ingin menanamkan aspek
pendalaman spiritual agar umat memiliki ketahanan mental dan iman yang
teguh dalam menghadapi segala macam permasalahan hidup.
Masih
teringat, bagaimana beliau memimpin pembacaan "hizib nashar" tiap
menjelang pertengahan malam. Usaha batiniyah ini digagas oleh Kiai
Mustaid dan diikuti semua pengurus takmir Masjid Muritsul Jannah guna
membentengi diri dalam jihad melawan kemungkaran.
Saat
itu, tepatnya di tahun 1993, warga dan jamaah masjid sedang berhadapan
dengan para pemilik hotel dan pebisnis "esek-esek" yang tumbuh subur di
jalanan dan kampung Kebalen Wetan. Usaha spiritual ini guna mendukung
upaya negosiasi dan politik untuk menutup hotel-hotel berbasis seks di
Kebalen Wetan.
Dengan izin Allah, usaha itu berhasil.
Tahun 1994, semua izin usaha bisnis haram itu dicabut dan selamanya
tidak boleh lagi bercokol di Kebalen Wetan, apapun alasan dan
kondisinya. Keberhasilan ini tidak lepas dari kekuatan doa dan hizib
yang dikomandoi Kiai Mustaid Imron. Juga, bantuan doa para ulama dan
kiai se-Malang Raya.
Kiai Mustaid Imran pulang ke
rahmatullah di usia 66 tahun. Dua tiga tahun sebelum wafat, beliau masih
aktif berkhutbah di Masjid Muritsul Jannah. Masih terekam dalam
ingatan, bagaimana ekspresi beliau saat khutbah dalam kondisi sakit.
Beberapa kali Sang Khatib ini sering menitikkan air mata saat khutbah,
terutama ketika membahas maut dan akhirat.
Beliau tidak
menghembuskan nafas terakhir di rumahnya yang berlokasi di kampung
Kotalama. Namun, Kiai yang sedang berjuang melawan stroke ini, dipanggil
oleh Allah saat beliau beristirahat di kediamannya di kampung
Perusahaan, Jagalan, Malang pada tahun 1999.
Kepergiaannya
menyisakan duka mendalam di kalangan jamaah Masjid Muritsul Jannah.
Kiai Gang Muris itu telah kembali keharibaan Allah dengan mewariskan
banyak ilmu, kenangan dan teladan yang patut ditiru oleh generasi
sesudahnya. Selamat Jalan, Kiai.
Tidak ada komentar:
Tulis komentar