21 Desember 2012

Ust Kartiman al-Hafidz

 


Nama aslinya, Imamuddin, tapi oleh warga sekitar Gang Muris Kotalama, lebih dikenal dengan sebutan "Kartiman". Cak Kartiman, demikian panggilan akrabnya, adalah salah satu dari "Trio Huffadz" yang terkenal di kalangan jamaah Masjid Muritsul Jannah, selain Ustadz Abdullah dan Ustadz H. Abdul Hadi.

Ketiganya adalah saudara kandung dan menjadi maskot huffadz di Masjid Muritsul Jannah hingga kini. Namun, Ust Kartiman lebih dulu pergi untuk selamanya akibat penyakit diabetes. Kepergiannya menyisakan duka mendalam di kalangan warga. Sebab, bagaimana pun juga, eksistensi seorang hafidz laksana "penjaga gawang" yang sulit tergantikan.

Terlebih lagi, dalam penjelasan kitab fiqih, ada hukum yang menetapkan bahwa apabila di suatu kaum tidak ada yang hafal al-Quran, maka seluruhnya berdosa. Jika hukum ini valid, maka sekali lagi, kepergian Ustadz Kartiman adalah laksana kehilangan mutiara paling berharga di tengah jamaah Masjid Muritsul Jannah.

Cak Kartiman lahir dari keluarga yang fanatik terhadap agama Islam, pasangan Bapak Moersidin dan Ibu Sayunah. Pak Din, demikian panggilan akrab ayahnya, adalah salah satu perintis masjid Muritsul Jannah yang cukup disegani. Bertahun-tahun beliau diamanati menjadi "keamanan" masjid sehingga sejengkal pun tak akan mundur bila ada paham-paham sesat yang hendak mengakar di kampung Kotalama. Rupanya, rasa fanatisme agama inilah yang menjadikan putra-putrinya mumpuni di bidang agama.

Cak Kartiman bersaudara, sebagaimana anak-anak kampung lainnya, tumbuh besar di kampung Gang Muris. Usai menamatkan sekolah dasar, mereka bersaudara meneruskan studinya ke pondok pesantren di Desa Ganjaran, Gondanglegi, Malang, dibawah asuhan KH.Zainullah Buchori.

Usai mondok di Ganjar, Cak Kartiman mengasah hafalan al-Quran dan berguru kepada KH Ahmad Dahlan di kampung Penilih, Surabaya. Di sanalah, Cak Kartiman mulai meniti karier sebagai ahli al-Qur'an dengan menghafalkan ayat demi ayat hingga beliau lulus dan hafal secara bil-ghaib, Sebuah capaian yang luar biasa bagi seorang anak kampung.

Masih terekam dalam ingatan penulis di saat masih kecil dulu, ketika bulan Ramadan tiba, Cak Kartiman bersaudara didaulat untuk darusan dengan mengkhatamkan al-Quran secara bil-ghaib. Kesempatan darusan ini digunakan sebaik-baiknya oleh beliau untuk muraja'ah hafalan al-Quran. Suaranya yang merdu dengan lagu tartil yang khas, sungguh menjadikan Masjid Muritsul Jannah saat itu sebagai "Masjid Jamik"-nya Kotalama karena dihuni oleh talenta-talenta berskill tartil yang mumpuni.

Selain itu, di waktu remaja, Cak Kartiman kerapkali membantu orang tuanya berjualan soto daging. Rasa soto yang maknyus itu benar-benar menggugah selera. Baginya, seorang santri berjualan soto bukanlah masalah besar. Asalkan halal apalagi ini juga bertujuan khidmat kepada orang tua, maka profesi itu dinikmatinya dengan rasa syukur.

Selepas mondok, Cak Kartiman bersaudara membuka majelis taklim al-Quran untuk anak-anak dan remaja. Di waktu kecil, penulis adalah salah satu santrinya. Pengasuh utamanya adalah Ustadz Abdullah sebagai kakak tertua, dibantu Cak Kartiman dan Abah Yadi. Dengan bantuan Cak Kartiman inilah, pengajian menjadi ramai sebab beliau menambahnya dengan pembacaan shalawat Diba'.

Ustadz Imamuddin juga tercatat sebagai muadzin tetap di Masjid Muritsul Jannah. Seingat penulis, beliaulah yang mampu melantunkan lagu adzan yang saat itu sekitar tahun 80-an sangat populer diperdengarkan di layar TVRI. Lagu dan iramanya mirip dengan adzan ala Ustadz Muammar.

Kini, Sang Hafidz itu telah pergi untuk selamanya. Namun, yang patut dicatat, beliau telah berhasil mewarisnya ilmunya kepada anak-anak dan para santrinya. Bahkan, salah seorang putrinya juga telah menyandang predikat "hafidzah" dan berhasil meraih beasiswa kuliah di kampus Islam ternama di tanah air, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang berkat hafalan al-Quran.

Oleh karenanya, Ustadz Imamuddin atau Cak Kartiman akan selalu ekses selama al-Quran yang diajarkannya terus dibaca dan bahkan dihafal oleh mereka yang pernah "ngangsu kaweruh" kepada Sang Hafidz.

Tidak ada komentar:
Tulis komentar