20 Agustus 2013

Jangan seperti Keledai!

 


Keledai, hewan ini memang identik dengan perumpamaan "orang yang bodoh". Dalam al-Qur'an (surah al-Jum'ah ayat 5), keledai juga dijadikan perumpamaan bagi ahli kitab yang bodoh, mereka tampak mengerti, tapi sebenarnya tidak mengerti. Dalam budaya Arab, keledai juga disimbolkan sebagai hewan yang "Tong Kosong Nyaring Bunyinya". Banyak bicara, tapi ngak pernah sukses.

Pernahkah Anda mendengar pepatah yang mengatakan “Hanya keledai yang jatuh ke lubang yang sama dua kali"? Pepatah ini adalah suatu ungkapan tentang kebodohan seseorang yang tidak mau mengambil hikmah dari kesalahan yang sama. Padahal, Nabi Muhammad saw. melarang kita berperilaku seperti keledai dari hadis riwayat Abu Hurairah ra. Nabi Muhammad saw bersabda: Seorang mukmin tidak boleh dua kali jatuh dalam lubang yang sama. (Shahih Muslim No.5317).

Bagaimana dalam kenyataannya? Ternyata banyak yang lebih parah, yaitu orang yang jatuh berkali-kali pada lubang yang sama, lebih dari dua kali. Di sisi lain, banyak orang yang merasa tidak pernah jatuh dan dia merasa pintar. Padahal, dia tidak jatuh sebab dia berada di lubang sehingga tidak mungkin jatuh lagi, kecuali ada lubang di dalam lubang.

Kasus yang pertama (orang yg jatuh dua kali bahkan lebih dalam satu lubang) bisa terjadi dengan tiga kemungkinan.
  1. Dia tidak pernah belajar dari kesalahan sebelumnya. Orang seperti tipe ini adalah orang yang tidak mau menggunakan akal dan tidak mau belajar. Dia akan lebih fokus menyalah orang lain atau keadaan ketimbang mencari akar permasalahan yang selalu ada pada dirinya.
  2. Dia tidak tahu kesalahan yang di lakukan. Biasanya jika penyebab kesalahan tidak nampak, ini sering terjadi jika penyakitnya ada di mindset-nya. Dia mungkin melakukan perbaikan, tetapi tidak pada mindset-nya, tidak pada pola pikir yang mengarah pada akar masalahnya, sehingga perbaikannya akan sia-sia saja.
  3. Dia tahu kesalahannya tetapi tidak melakukan perubahan. Adanya orang seperti ini, kadang membuat kita bingung dan bertanya-tanya. “Kok ada sich orang kayak gini?”. Penyebab lainnya ialah kesalah pahaman terhadap takdir, dia katakan kalau dia hidup seperti itu sudah takdir. Tidak ada yang bisa diubah.
Kasus kedua adalah orang yang sebenarnya dia berada di dalam lubang. Dia tidak merasa jatuh padahal ia sudah terperosok dan ada di bawah lubang. Penyebabnya karena tidak sadar kalau dia sebenarnya berada di bawah. Mengapa sampai tidak sadar? Mungkin karena wawasan yang kurang. Dia kira kehidupan dia sudah baik dan wajar sehingga tidak perlu beranjak.

Untuk menghindari supaya kita tidak menjadi seperti keledai atau lebih parah, maka kita perlu terus meningkatkan diri. Mulai meningkatkan wawasan, keterampilan, dan yang paling penting ialah pola pikir kita. Jangan pernah merasa sudah cukup, sebab itu sebuah kerugian.

Jadikan, hari ini lebih baik dari hari kemarin.

Tidak ada komentar:
Tulis komentar