Tulisan ini adalah kelanjutan dari "Organisasi harus tahu diri sendiri". Setelah mengenal diri sendiri, maka dalam berorganisasi,
diperlukan kecermatan dalam meletakkan seseorang pada posisi yang tepat.
Ada
pepatah: "The Right Man in The Right Job, The Right Job in The Right
Man". Artinya, orang yang tepat harus pada posisi, tugas atau pekerjaan
yang tepat. Pekerjaan dan tugas yang tepat, juga harus ditangani orang
yang tepat.
Nah, setelah Ketua dan semua anggota
mengetahui visi-misi organisasi, memahami kemampuan diri mereka sendiri,
maka tugas pertama yang tidak kalah pentingnya dan tidak kalah beratnya
adalah memilih orang-orang yang tepat pada struktur organisasi. Inilah
tugas ketua. Dia harus memilih siapa saja yang menurutnya tepat dan
pantas pada sebuah posisi tertentu dan melihat siapa saja yang siap
membantu dan berorganisasi secara ikhlas dan loyal.
Siapa
jadi apa? Posisi ini ditempati siapa? Adakah posisi atau seksi baru
diperlukan, lalu siapa orang yang tepat berada pada posisi itu?
Kira-kira, mampukah orang itu diberi amanat pada posisi ini? Maukah dia
berada di seksi ini?
Pertanyaan-pertanyaan di atas menjadi
pekerjaan rumah yang berat bagi seorang ketua sebagai kepala organisasi
untuk menempatkan seseorang pada posisi yang sesuai dengan kemampuan,
minat dan bakat orang tersebut. Jika sebuah posisi telah ditempati orang
yang tepat, maka tugas ketua dan keseluruhan gerak organisasi di masa
yang akan datang, menjadi lebih ringan.
Sebaliknya, jika
posisi tertentu dipimpin orang yang tidak memiliki kapabilitas di
bidangnya atau orang itu tidak mempunyai gairah, maka akan terjadi apa
yang diprediksikan oleh Rasulullah saw. "Idza wusida al-amru fi ghairi
ahlihaa, fan tadzir as-sa'ah", bila sebuah urusan diberikan kepada orang
yang bukan ahlinya, maka tunggulah terjadinya kiamat.
Yah,
Kiamat Organisasi. Tugas-tugas menjadi terbengkalai karena pelaksananya
tidak mengerti apa yang harus dilakukan. Ada orang yang paham tugasnya,
tapi ia enggan melaksanakan kewajibannya sebab sejak awal ia tidak
berminat dan tidak bergairah. Ada orang yang hanya menuntut haknya, tapi
lupa kewajibannya karena yang bersangkutan tidak menyadari dan tidak
mengetahui kapasitas dirinya sendiri.
Sulit bukan mencari orang yang tepat pada posisi yang tepat? Apalagi, juga pada waktu dan tempat yang tepat!
Di
sinilah pentingnya organisasi. Semua harus memahami diri sendiri dan
tugas masing-masing. Semua harus legowo, rela menjadi kepala, tangan,
badan, kaki, jari-jemari hingga menjadi kulit sekalipun. Semua harus
saling membantu, memilih orang tepat pada posisi yang tepat semata-mata
berdasarkan kemampuan dan kemauan orang tersebut, tidak hanya
berdasarkan "like and dislike", suka dan tidak suka. Bahkan, bila perlu,
rasa sungkan yang merupakan adat ketimuran, harus pelan-pelan
dikesampingkan. Biasanya, karena perasaan menjadikan keputusan tidak
obyektif. Akhirnya, ada orang yang "terpaksa" duduk pada poisisi yang
tidak tepat.
Bagaimana jika Ketua melihat hanya ada
seseorang yang memiliki kemampuan pas-pas atau minim untuk ditempatkan
di posisi tertentu, sementara untuk menunjuk orang lain, tidak ada yang
lebih tepat?
Jawabnya, maka orang itulah pilihan terbaik.
Berarti, dalam keadaan dilematis seperti ini, ketua telah berijtihad. Ia
berusaha menseleksi dan mencari orang tepat, bahkan telah
bermusyawarah. Jika yang ada memang orang yang minim kemampuannya pada
posisi yang kosong, maka asalkan orang tersebut memiliki kemauan yang
kuat, dapat diajak kerjasama, dan yang lebih penting lagi ia bisa
istiqamah, maka berarti dialah pilihan yang tepat.
Ada
yang bilang, "Bila ada kemauan pasti ada jalan". Benar! Orang yang
berskill pas-pasan tadi, pada prosesnya, ia akan terus maju dan
berkembang bila ia istiqamah dan SDM-nya terus diasah. Bahkan, orang itu
lebih penting untuk diajak kerjasama daripada memilih orang lain yang
memiliki kemampuan lebih akan tetapi tidak mempunyai kemauan tinggi,
tidak bergairah dan tidak mau diajak kerjasama.
Intinya,
pilih orang tepat untuk posisi dan tugas yang tepat. Pilih orang yang
memiliki kemampuan dan kemauan untuk bekerjasama untuk mewujudkan tujuan
organisasi dan melaksanakan tugas-tugas secara istiqamah. Jika tidak
ada, maka pilihan paling akhir adalah orang yang memiliki kemauan yang
keras dan istiqamah dapat diajak bekerjasama. Sebab, bila memberi amanat
kepada orang yang kurang tepat, maka pada prosesnya, organisasi itu
sedang menunggu datangnya kiamat, "Kiamat Organisasi". Wal-Iyadzu
Billah.
Tidak ada komentar:
Tulis komentar