10 Desember 2013

Orang yang tepat di posisi yang tepat

 

Tulisan ini adalah kelanjutan dari "Organisasi harus tahu diri sendiri". Setelah mengenal diri sendiri, maka dalam berorganisasi, diperlukan kecermatan dalam meletakkan seseorang pada posisi yang tepat.

Ada pepatah: "The Right Man in The Right Job, The Right Job in The Right Man". Artinya, orang yang tepat harus pada posisi, tugas atau pekerjaan yang tepat. Pekerjaan dan tugas yang tepat, juga harus ditangani orang yang tepat.

Nah, setelah Ketua dan semua anggota mengetahui visi-misi organisasi, memahami kemampuan diri mereka sendiri, maka tugas pertama yang tidak kalah pentingnya dan tidak kalah beratnya adalah memilih orang-orang yang tepat pada struktur organisasi. Inilah tugas ketua. Dia harus memilih siapa saja yang menurutnya tepat dan pantas pada sebuah posisi tertentu dan melihat siapa saja yang siap membantu dan berorganisasi secara ikhlas dan loyal.

Siapa jadi apa? Posisi ini ditempati siapa? Adakah posisi atau seksi baru diperlukan, lalu siapa orang yang tepat berada pada posisi itu? Kira-kira, mampukah orang itu diberi amanat pada posisi ini? Maukah dia berada di seksi ini?

Pertanyaan-pertanyaan di atas menjadi pekerjaan rumah yang berat bagi seorang ketua sebagai kepala organisasi untuk menempatkan seseorang pada posisi yang sesuai dengan kemampuan, minat dan bakat orang tersebut. Jika sebuah posisi telah ditempati orang yang tepat, maka tugas ketua dan keseluruhan gerak organisasi di masa yang akan datang, menjadi lebih ringan.

Sebaliknya, jika posisi tertentu dipimpin orang yang tidak memiliki kapabilitas di bidangnya atau orang itu tidak mempunyai gairah, maka akan terjadi apa yang diprediksikan oleh Rasulullah saw. "Idza wusida al-amru fi ghairi ahlihaa, fan tadzir as-sa'ah", bila sebuah urusan diberikan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah terjadinya kiamat.

Yah, Kiamat Organisasi. Tugas-tugas menjadi terbengkalai karena pelaksananya tidak mengerti apa yang harus dilakukan. Ada orang yang paham tugasnya, tapi ia enggan melaksanakan kewajibannya sebab sejak awal ia tidak berminat dan tidak bergairah. Ada orang yang hanya menuntut haknya, tapi lupa kewajibannya karena yang bersangkutan tidak menyadari dan tidak mengetahui kapasitas dirinya sendiri.

Sulit bukan mencari orang yang tepat pada posisi yang tepat? Apalagi, juga pada waktu dan tempat yang tepat!

Di sinilah pentingnya organisasi. Semua harus memahami diri sendiri dan tugas masing-masing. Semua harus legowo, rela menjadi kepala, tangan, badan, kaki, jari-jemari hingga menjadi kulit sekalipun. Semua harus saling membantu, memilih orang tepat pada posisi yang tepat semata-mata berdasarkan kemampuan dan kemauan orang tersebut, tidak hanya berdasarkan "like and dislike", suka dan tidak suka. Bahkan, bila perlu, rasa sungkan yang merupakan adat ketimuran, harus pelan-pelan dikesampingkan. Biasanya, karena perasaan menjadikan keputusan tidak obyektif. Akhirnya, ada orang yang "terpaksa" duduk pada poisisi yang tidak tepat.

Bagaimana jika Ketua melihat hanya ada seseorang yang memiliki kemampuan pas-pas atau minim untuk ditempatkan di posisi tertentu, sementara untuk menunjuk orang lain, tidak ada yang lebih tepat?

Jawabnya, maka orang itulah pilihan terbaik. Berarti, dalam keadaan dilematis seperti ini, ketua telah berijtihad. Ia berusaha menseleksi dan mencari orang tepat, bahkan telah bermusyawarah. Jika yang ada memang orang yang minim kemampuannya pada posisi yang kosong, maka asalkan orang tersebut memiliki kemauan yang kuat, dapat diajak kerjasama, dan yang lebih penting lagi ia bisa istiqamah, maka berarti dialah pilihan yang tepat.

Ada yang bilang, "Bila ada kemauan pasti ada jalan". Benar! Orang yang berskill pas-pasan tadi, pada prosesnya, ia akan terus maju dan berkembang bila ia istiqamah dan SDM-nya terus diasah. Bahkan, orang itu lebih penting untuk diajak kerjasama daripada memilih orang lain yang memiliki kemampuan lebih akan tetapi tidak mempunyai kemauan tinggi, tidak bergairah dan tidak mau diajak kerjasama.

Intinya, pilih orang tepat untuk posisi dan tugas yang tepat. Pilih orang yang memiliki kemampuan dan kemauan untuk bekerjasama untuk mewujudkan tujuan organisasi dan melaksanakan tugas-tugas secara istiqamah. Jika tidak ada, maka pilihan paling akhir adalah orang yang memiliki kemauan yang keras dan istiqamah dapat diajak bekerjasama. Sebab, bila memberi amanat kepada orang yang kurang tepat, maka pada prosesnya, organisasi itu sedang menunggu datangnya kiamat, "Kiamat Organisasi". Wal-Iyadzu Billah.

Tidak ada komentar:
Tulis komentar