Senin, 23 Juni 2014 menjadi salah
satu hari yang bersejarah dalam hidupku. Hari itu adalah hari saat aku harus
mengikuti Ujian Terbuka di Sekolah Pascasarjana UIN Maulana Malik Ibrahim
Malang untuk mempertahankan hasil disertasiku yang berjudul “Tashniif al-Ma’ajim
al-‘Arabiyyah fii Indonesia wa tathwiruha”, artinya, Pemetaan Kamus Bahasa Arab
di Indonesia dan Pengembangannya.
Para penguji terdiri 6 orang,
yaitu: (1) Alm. Prof Dr. H. Muhaimin, MA – Ketua, (2) Prof. Syaikhon Sudan –
Penguji Utama, (3) Dr. Mujab – Penguji I, (4) Prof. Dr. Nurul Murtadla –
Penguji II, (5) Dr. Torkish Lubis – Promotor I, (6) Prof. M. Ainin – Promotor II.
Alfatihah untuk seluruh penguji yang telah berkenan membimbing disertasiku
hingga cita-citaku tercapai.
Ahad, 22 Juni 2014 atau sehari
sebelum ujian terbuka, aku masih di Madura. Pasalnya, malam hari itu aku harus menyampaikan
sambutan selaku Ketua Yayasan Nurul Ulum di MI Irsyadul Mubtadiin. Tidak banyak
waktu untuk mempersiapkan ujian. Usai acara, sekitar pukul 24:000, aku dan
keluarga langsung berangkat menuju Malang agar pagi harinya, aku bisa fit
melangkah menuju gelar “Doktor” yang telah lamu aku tunggu dan aku jalani
perkuliahan di bangku S-3 selama 4 tahun (2010-2014).
Beruntung, dalam jadual Ujian
Terbuka, tertulis jam 13:00 sehingga pagi di hari-H aku dapat mempersiapkan
amunisi. Betapa senang hatiku melihat keluarga besarku turut hadir memberi
support. (Alm) ayahku, H. Roudhawi dan ibuku, Hj. Siti Aminah. Lalu, H. Holili
dan Hj Suliha (paman dan bibiku); H. Sofyan (Adikku) dan Fida, istrinya; Hj
Siti Khodijah (Adikku) dan Faton, suaminya dan putranya, Azka; Sepupuku Hj
Fitri Ulfa dan H. Idris, suaminya beserta kedua anaknya, Luay Alawi dan Aisyah
Izza. Juga, Irham (adik iparku) dan Azhari (Keponakanku) dari Kediri yang
jauh-jauh hadir untuk menjadi saksi atas hari bersejarah itu. Hadir juga, Hj.
Siti Fatimah (bibiku) dan Subhan Arif beserta isterinya.
Kehadiran keluarga besarku ini
membuat hatiku menjadi kuat, bagai karang di tengah lautan yang tak mudah goyah
dihempas gelombang. Dan, tentu saja tak terlupakan adalah kehadiran isteriku
tercinta, Hj Atia Rahmatillah dan kedua putri cantikku, Alva Solla Nabia dan
Navila Camelia. Ketiganya adalah anugerah Tuhan untukku yang membuatku selalu
berenergi dan bersemangat menatap masa depan.
Beberapa kolega dari rekan dosen
dan mahasiswaku juga hadir di aula tempat aku mengikuti ujian terbuka, antara
lain: Dr. Syamsudin, Bu Laily Fitriani, Bu Nur Hasaniyah, H. Gufron Hambali,
Dr. Danial Hilmi, Dr. Halimi Zuhdi, Dr. Muashomah, dan banyak lagi, termasuk
Mas Agus Umar yang telah membantuku membuat dokumentasi berupa video sehingga
momen bersejarah itu dapat diabadikan.
Ujian terbuka berlangsung kurang
lebih 2 jam. Setelah pembukaan, aku menyampaikan resume atau ringkasan disertasiku.
Pendekatan riset yang aku gunakan adalah Mixed Method, gabungan kuantitatif dan
kualitatif. Metode kuantitatif aku pakai untuk mencari data kuantitatif dalam
kamus seperti jumlah kosakata, kata yang sering muncul, perbandingan jumlah
kata dari 22 kamus cetak yang aku jadikan sampel. Selain itu, aku juga meneliti
kamus elektronik sebanyak 25 kamus baik berbasis software komputer, aplikasi
mobile maupun website.
Sementara itu, metode kualitatif
aku gunakan untuk membaca data dalam kamus dan memberi makna atau manfsirkan
segala hal yang ada di dalam kamus dari segala aspek, antara lain, dari aspek
pendekatan kamus, bahasanya, sistematika penyusunan kamus, macam atau jenis
kamus, kelebihan dan kekurangan kamus, desain kamus, dan sebagainya.
Setelah analisis data kuantitatif
dan kualitatif selesai, ada beberapa temuan dan kesimpulan dari peta kamus yang
ada di Indonesia. Salah satunya, penyusunan kamus-kamus bahasa Arab di
Indonesia akhir-akhirnya mulai mengalami pergeseran dari kamus umum ke kamus
khusus. Hal ini tidak lepas dari perkembangan pembelajaran bahasa Arab yang
sedemikian pesat sehingga muncul “Arabiyah Lii Aghrad Khassah” atau Bahasa Arab
untuk tujuan khusus. Oleh sebab itu, dibutuhkan kamus-kamus khusus, kamus
istilah untuk tiap bidang ilmu.
Berdasarkan hasil observasi di
lapangan, ternyata aku menemukan kebutuhan akan kamus khusus tersebut sehingga
aku pun memutuskan unutk mengembangkan kamus khusus dengan metode riset R&D
(Research and Development) dengan Model 4-D ala Thiagarajan (Define, Design,
Development, Desseminate). Singkat cerita, aku berhasil menyusun kamus khusus
yang aku beri judul “Kamus Kedokteran NURIA, Indonesia – Arab Arab – Indonesia”.
Inilah kamus bahasa Arab pertama di Indonesia tentang istilah kedokteran yang
aku susun dengan model kamus istilah yang mana setiap kata dalam bahasa
Indonesia atau istilah kedokteran aku beri definisinya sehingga kamus ini bisa
digunakan untuk umum, tidak hanya untuk mahasiswa kedokteran yang ingin belajar
bahasa Arab.
Atas jerih payahku selama
melakukan penelitian dan penyusunan kamus yang membutuhkan waktu sekitar 6
bulan itu, akhirnya semua terbayar lunas. Aku bahagia setelah para penguji
menyatakan aku lulus dan berhak meraih gelar doktor ke-53 pada Program Doktor
Pendidikan Bahasa Arab dengan Predikat Cumlaude.
Puji syukur kepada Allah. Terima
kasih atas semua pihak (keluarga, para guru, para mahasiswa dan santri, teman
dan sahabat, pemerintah) yang semuanya telah membantuku dalam menyelesaikan
studi di Program Doktoral hingga aku menggapai puncak.
Di hari itu, di tengah kebahagiaan
yang aku dan keluagaku rasakan, ada 2 orang yang tidak bisa hadir dan
menyaksikan aku dianugerahi gelar doktor, gelar akademis dalam dunia pendidikan
yang telah aku titi sejak SD, MTS, MA, Sarjana, Magister dan kini, Doktor.
Kedua orang itu sangat berperan besar dan telah berkorban baik dengan jiwa,
raga, harta dan segalanya demi aku. Keduanya adalah Alm. Hj. Siti Nuriyah
(Nenekku) yang meninggal di awal tahun 2012 dan Alm. H. Suyuti (Kakekku) yang meninggal setahun
kemudian.
Kakek dan Nenekku inilah yang
selama ini menjadi urat nadiku, nafasku dan kekuatanku. Dukungan, motivasi, dan
doa mereka sepanjang siang dan malam telah mengantarkan aku meraih cita-cita.
Meski keduanya tidak mengeyam pendidikan tinggi, hanya sampai SR (Sekolah Rakyat),
tapi kakek-nenekku ini dari dulu telah memahami arti penting pendidikan. Mereka
telah berinvestasi untukku. Tidak akan mungkin aku membalasnya meski dengan
seluruh ilmu, amal baik dan karyaku dikumpulkan hingga menjulang langit, semua
itu tak seberapa dibanding perjuangan dan pengorbanan mereka berdua. Oleh sebab
itu, gelar doktor ini aku dedikasikan untuk kakek-nenekku tercinta. Semoga
keduanya bersama Rasulullah saw dan orang-orang shalih di haribaan Allah swt.
Tidak ada komentar:
Tulis komentar