26 Oktober 2016

Target Utama Isu Penistaan

 

Kasus Ahok seputar penistaan agama, makin hari makin jelas, bahwa kasus ini ditunggangi oleh berbagai pihak yang berkepentingan. Ada pihak yang “mungkin” memang tulus menilai Ahok menistakan ayat suci. Meminjam istilah Prof Sumanto Al Qurtuby, pihak ini disebut Ahli Fiqih. Ada pula pihak yang sudah lama menantikan momentum ini. Mereka adalah politikus yang tidak suka Ahok dan juga Jokowi. Karena tidak suka inilah, mereka tidak bisa berpikir adil dan sehat. Bagi politikus, yang utama adalah kepentingan. Tidak ada lawan atau kawan abadi, yang ada adalah kepentingan abadi.

Dari sekian banyak pihak haters Ahok, ada satu pihak yang memang sudah lama menantikan kesempatan ini. Mereka adalah gerombolan yang memiliki agenda untuk mendirikan sistem khilafah di nusantara. Mereka anti demokrasi, anti pancasila, bahkan pemerintah RI pun disebut “Thaghut” yang harus digulingkan. Mereka telah berusaha keras memasukkan kadernya di berbagai partai politik, ormas, dan semua elemen masyarakat. Tapi, usaha-usaha itu selama ini, belum berhasil.

Satu-satunya cara agar tujuan para pengusung ide khilafah ini berhasil adalah menciptakan suasana chaos. Semakin ribut dan kacau, semakin senang dan bertepuk tangan. Sebab, saat kondisi Indonesia kacau-balau dan fitnah tersebar secara viral, saat itu pula mereka puas, yang itu berarti, pendirian negara khilafah semakin dekat. Kasus dan isu kecil, akan terus mereka kompori supaya makin membesar dan membara. Intinya, kekacauan dan perang yang terus bergejolak di negara-negara Arab, ingin mereka ciptakan di Indonesia yang sejatinya Bhinneka Tunggal Ika.

Mereka ini telah lama berusaha mengobrak-abrik negara. Dari aspek masyarakat, targetnya jelas, yaitu NU sebagai ormas Islam terbesar di Indonesia, bahkan di dunia. Jika lahir sempalan atasnama NU, segera mereka dukung agar warga Nahdliyyin makin pecah. Tokoh-tokoh NU, terutama di tubuh PBNU, mereka bunuh karakternya dengan berbagai isu dan stigma seperti: liberal, pluralis, sesat, zionis, antek Yahudi, komunis, hingga syiah. Kiai-kiai NU yang berseberangan, terus mereka adu-domba. Satu pernyataan dipelintir agar makin bermusuhan. Padahal, perbedaan di tubuh NU selama ini adalah hal lumrah.

Tidak hanya itu, mereka juga menyusup ke jamaah NU di level bawah. Rasa hormat dan ta’dzim yang selama ini diajarkan di pesantren, mereka racuni dengan berbagai pola pikir yang sama sekali tidak mencerminkan khas santri. Akhirnya, sebagian warga NU dan umat Islam mulai berani menggugat kiai, mencomooh ulama, dan membuat meme atau ejekan yang mendiskreditkan dan jauh dari sifat akhlakul karimah.

Mereka juga menguasai media sosial. Puluhan website yang mereka pelihara, selalu disisipi pesan tentang pentingnya khilafah, rusaknya demokrasi, bobroknya pemerintah, kelemahan tokoh NU, dan sebagainya. Mereka berusaha membenturkan polemik sunni-syiah, Islam dan non-Islam, hak mayoritas-minoritas, pribumi-asing, dan wacana-wacana adu domba lainnya yang tujuannya satu, Indonesia kacau. Padahal, dari masa nenek moyang dulu, rakyat Indonesia telah saling menghormati dalam bingkai keragaman dan perbedaan.

Kalau membahas tentang Islam dan dalil, tidak perlu diragukan lagi. Mereka memiliki stok ayat dan hadis untuk memuluskan agenda besarnya, yakni mencerai-beraikan NKRI dengan apapun caranya dan atasnama apapun, termasuk atasnama Islam. Gambaran tentang kezaliman yang dialami umat Islam di luar negeri, mereka ekspos untuk membangkitkan rasa tidak puas dengan keadaan Indonesia dan untuk membakar gelora makar terhadap sistem bernegara dan bermasyarakat.

Jadi, terlepas dari kasus penistaan yang dituduhkan ke Ahok, ada agenda besar dari para pengusung ide khilafah yang sejak lama telah bermimpi basah untuk menciptakan huru-hara dan membongkar tatanan hidup berbangsa dan bernegara. Selamat berpikir.

Wallahu a’lam

Tidak ada komentar:
Tulis komentar