Aksi demo bertajuk Bela Islam II sudah berakhir. Patut disyukuri, semua berlangsung aman dan damai. Jika pun kemudian terjadi kerusuhan, itu karena sebagian kecil ada yang melampaui batas. Akibatnya, jatuh kurban yang tidak diinginkan, baik dari pihak aparat maupun pendemo.
Jika melihat pada fokus tuntutan para demonstran, maka sebenarnya, sebelum demo berlangsung, aspirasi mereka telah didengar dan direspon oleh pemerintah. Presiden Jokowi telah mengundang para ulama dan pimpinan ormas Islam ~NU, Muhammadiyah dan bahkan MUI, untuk meminta pendapat para alim ulama, sekaligus menegaskan bahwa dugaan penistaan oleh Ahok pasti diproses secara hukum, dan bahkan proses itu sudah berlangsung.
Presiden Jokowi juga bertamu ke kediaman Bapak Prabowo. Dari potret yang ditampilkan, sambil berkuda, kedua negarawan ini secara jelas ingin mengajarkan pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa, yang itu jauh lebih mahal dari semua ego dan kepentingan. Di saat yang sama, Wapres Jusuf Kalla “bereuni” dengan SBY yang tentu saja membahas hal yang sama. Intinya, semua tokoh bangsa telah sepakat untuk saling bersatu. Bila ada kesalahan yang “tidak termaafkan”, biarlah diselesaikan hukum, tidak dengan cara anarkhis untuk memaksakan kehendaknya masing-masing.
Atas perintah Presiden, pemerintah berjanji akan menyelesaikan kasus dugaan penistaan ini dengan tegas, cepat dan transparan supaya tidak ada fitnah. Pemerintah juga tidak akan mengintervensi kasus ini, apalagi membela. Semua diserahkan pada proses hukum. Biarlah hukum di pengadilan yang membuktikan dan memutuskan benar dan salah. Keputusan pemerintah ini jelas menjadi pembelajaran berharga bagi masyarakat supaya semua tahu proses hukum yang tengah ditegakkan di Indonesia.
Sayangnya, meski Presiden, pemerintah dan aparat penegak hukum telah berkomitmen dan beraksi dalam menyelesaikan kasus penistaan agama ini dengan tegas, cepat dan transparan, namun masih ada saja yang tidak puas. Mereka yang awalnya menuntut kasus hukum, kini setelah hukum akan ditegakkan secara buka-bukaan, eh justru mereka menolak. Mereka yang awalnya menuntut Ahok, kini justru Presiden Jokowi yang mereka sasar.
Terus, mereka itu maunya apa? Siapa yang dibela? Ini urusan agama atau politik? Ah, sudahlah. Jika sejak awal telah ada niat kotor dan busuk, maka dibungkus dengan ayat apapun, tetap saja akan tercium juga bau busuknya.
Semoga Presiden Jokowi dan Pemerintah RI tetap diberi kekuatan, ketabahan dan keberhasilan dalam menyelesaikan kasus yang berlarut-larut ini. Masih banyak agenda pembangunan dan perbaikan infrastruktur untuk kesejahteraan rakyat. Semoga tidak direcoki lagi oleh laskar tengik yang hanya diperalat untuk menciptakan instabilitas di negeri ini.
Wallahu a’lam.
Tidak ada komentar:
Tulis komentar