7 Januari 2018

SALAH PAHAM RISET R&D

 

Penelitian R&D (Research and Development) berusaha menjembatani teori dan praktik. Ada banyak riset yang berputar-putar tentang teori, tapi di dunia nyata, praktiknya sulit diterapkan. Sebaliknya, ada banyak riset yang menelaah realita di lapangan, tapi secara teori masih lemah.

Adanya riset R&D yang berpaham filsafat pragmatis bertujuan agar bagaimana hasil riset memberi manfaat langsung di lapangan agar permasalahan segera dapat diatasi. Dalam memilih riset R&D, pendekatan paling tepat adalah mixed method, yakni menggabungkan antara kualitatif dan kuantitatif agar proses pembuatan produk dibangun atas data dan analisis kualitatif sekaligus kuantitatif sehingga hasilnya valid dan terpercaya.

Oleh karenanya, riset R&D menekankan pada 2 hal penting. Pertama, laporan penelitian yang lengkap, jelas, diperkuat data-data yang akurat dan analisis mendalam. Kedua, produk yang baik, yang telah divalidasi oleh ahli atau bahkan lembaga yang kredibel, dan telah diujicoba sehingga hasilnya efektif mengatasi masalah yang ditemukan di lapangan.

Ada banyak model penelitian R&D dalam hubungannya dengan ilmu sosial dan pendidikan, mulai dari Four-D, ADDIE, hingga Borg and Gall yang semuanya hampir sama, hanya beda pada titik tekan atau prioritasnya saja. Bagi saya, Four-D tetap paling oke oce meski lahir tahun 70an.

Kesalahpahaman yang sering saya temukan pada riset mahasiswa, baik skripsi atau tesis adalah saat menjawab rumusan masalah tentang: "Bagaimana proses pengembangan produk A?". Jawabnya ternyata: "Proses pengembangan produk A adalah menggunakan riset R&D model Borg and Gall".

Jawaban ini jelas kurang tepat. Sebab, Model Borg and Gall itu adalah salah satu tipe penelitian R&D, bukan proses atau cara pembuatan produk. Jika jawabannya "Model Borg and Gall", maka semua produk pasti jawabannya sama sehingga tidak perlu ada rumusan masalah.

Rumusan masalah R&D, paling tidak memuat 3 hal, yaitu: (1) Bagaimana proses pembuatan produk? (2) Bagaimana hasil validasi produk menurut ahli/lembaga terpercaya? (3) Bagaimana hasil ujicoba produk di lapangan?

Saya sering mencontohkan, misalnya: "Bagaimana proses pembuatan minuman sari urine unta?" Jelas jawaban dari rumusan ini BUKAN "Proses pembuatannya adalah dengan Model Borg and Gall". Tapi, peneliti harus mendeskripsikan komposisi bahannya dan tatacara pembuatannya sampai produk tersebut jadi, siap dikonsumsi dan dikemas rapi.

Setelah itu, produk siap divalidasi oleh ahli, lantas direvisi bila ada kritik dan saran, selanjutnya siap diujicoba di lapangan untuk mengetahui respon konsumen dan pengaruhnya, misalnya, apakah sari urine unta itu bikin gila dan kejang-kejang, atau gejala-gejala lain, baik positif maupun negatif. Semua ditulis dan dipaparkan dalam laporan penelitian.

Memang, tahapan keseluruhan dari langkah-langkah di atas menggunakan model Borg and Gall atau model riset R&D lainnya yang hampir sama, akan tetapi sekali lagi, proses pembuatan setiap produk dan juga bahan serta kemasannya, jelas beda-beda antara produk satu dengan produk lain yang dikembangkan oleh peneliti.

Jadi, hasil dari deskripsi pembuatan produk tersebut yang sebenarnya penting untuk ditulis dalam laporan penelitian R&D agar memberi manfaat bagi peneliti atau pihak lain yang ingin mengembangkan produk yang sama untuk mengatasi masalah yang sama, atau bagi pihak yang ingin berinovasi dengan membuat produk baru yang lebih baik.

Udah ah, segini dulu kuliah riset R&D kali ini, yang penting, sudahkah minum urine unta hari ini? Hehehe...

Tidak ada komentar:
Tulis komentar