30 Mei 2019

Kiai Tolchah Hasan

 

Rabu, 29 Mei 2019 atau 24 Ramadan 1440, sekitar pukul 14.10, Prof. Dr. K.H. Tolchah Hasan berpulang ke hadirat Allah swt. Semoga beliau husnul khatimah, segala amal baik dan perjuangannya diterima Allah, dosa-dosanya diampuni, dan masuk surga tanpa hisab.

Sepanjang hari itu, udara di bumi Arema tidak sepanas biasanya. Mendung menyelimuti langit, bahkan di beberapa lokasi turun 
rintik hujan. Boleh jadi, alam sdg berduka atas kepergiaan ruh manusia mulia, seorg yg benar² ulama yg intelek dan intelek yg ulama. Dialah Kiai Tolchah, demikian sebutan populernya di kalangan santri dan umat.

Kiai yg perjuangannya tak pernah berhenti, terutama di bidang pendidikan. Ilmunya mendalam, wawasannya luas, inspiratif, dan senang dg para pemuda yg enerjik memperjuangkan akidah Ahlussunnah Wal Jamaah.

Sekitar tahun 1993, saat masih duduk di bangku Aliyah, saya berguru kpd beliau. Saat itu, setiap jumat pagi, Kiai Tolchah mengajar kitab Ihya' Ulumuddin karya Imam Ghazali, di Masjid Besar Singosari dan terbuka untuk umum. Ketika itu, banyak kiai dan guru ikut mengaji dan menyimak penjelasan Kiai Tolchah yg sangat gamblang sehingga kitab Ihya' mudah dimengerti.

Krn alasan itu, saya hrs membeli kitab Ihya', meski harganya cukup mahal. Namun, demi bisa mengaji langsung ke Kiai Tolchah dan tabarrukan kpd beliau yg konon memiliki "sanad unik" yg sambung ke Sang Mushonnif "Imam Al-Ghozali", maka saya hrs punya kitab legendaris itu.

Selain itu, yg terkenang pd saat sy mondok di PIQ Singosari dulu adalah ketika Kiai Tolchah berkhutbah jumat di Masjid Besar Singosari. Setiap beliau berkhutbah, selalu ada hal baru yg menarik. Penyampaiannya jelas, datanya lengkap, dalilnya kuat, dan mudah dipahami oleh semua kalangan.

Kini, Guru Besar itu telah pergi utk selamanya. Namun, jejak perjuangan dan cita-citanya akan terus ada, menjadi jariyah baginya dan berkah bagi penerusnya.

Selamat jalan, Kiai.

Tidak ada komentar:
Tulis komentar