12 Mei 2019

Puasa itu apa?

 


Puasa itu apa? Dulu, sangat mudah menjawabnya. Puasa itu tidak makan, tidak minum, tidak berhubungan seksual sepanjang hari sesuai aturan fiqih yang berlaku.


Hanya itu? Ya, itu saja. Ah, itu sih mudah. Apalagi bagi jomblo yg biasa tidak makan, tidak minum, dan tidak berhubungan seksual. Juga bagi siapa saja yang hidupnya terbiasa susah, yang untuk esok hari aja masih bertanya: akankah besok masih makan?

Artinya, puasa bagi banyak orang, bahkan teramat banyak bagi anak-anak dan orang miskin di belahan bumi ini yg "puasa" sepanjang waktu di hari-hari, yg mereka lalui dg ketidakpastian. Kelaparan, kemiskinan, kesulitan hidup, semua adalah "puasa" yg berkepanjangan. Jadi, sesungguhnya puasa itu apa?

Jawaban berikutnya, puasa itu menahan nafsu dan angkara murka. Puasa melatih diri agar mampu mengendalikan hawa nafsu. Nah, ini baru puasa level lanjutan. Pasalnya, setiap manusia memiliki nafsu, punya keinginan, apapun keinginannya, baik materi atau non-materi. Keinginan dan nafsu ini, jika didukung dengan akal pikiran, maka semakin besar daya nafsu itu. Puasa atau usaha menahan "rasa ingin" inilah yg jauh lebih berat.

Ya, menahan rasa, mengerti rasa, membedakan rasa, mengendalikan rasa, itu yg berat dari puasa. Ada rasa ingin makan, ingin berkuasa, ingin membahagiakan diri sendiri dan orang lain, ingin berbuat baik atau buruk, ingin beli ini dan jual itu, ingin ini dan ingin itu. Semuanya persoalan nafsu, dan rasa ini ada pada makhluk yg bernama manusia.

Jadi, itukah puasa? Menahan rasa ingin? Jika iya, lalu untuk apa rasa ingin itu ada, padahal ia pasti ada, terutama pada manusia yg diberi akal dan hati sehingga bisa berpikir dan berperasaan? Sebuah pertanyaan yg lagi-lagi tidak mudah utk dijawab. Hingga, sementara, sampai pada kesimpulan:

Sejatinya, puasa itu menahan semua keinginan manusiawi untuk tunduk hanya pada keinginan ilahi rabbi. Itu dulu. Wallahu a'lam.

Tidak ada komentar:
Tulis komentar