19 Juli 2021

ARAFAT

 

Arafat (عرفات), padang lapang yg dirindukan. Betapa hati begitu damai saat ada di sana. Sebentar saja, diam di situ, sudah disebut haji. Sempurnalah rukun Islam. Begitu spesialnya Arafat hingga pergerakan waktu dan hari pun dinamakan Yaum Arafah yg hanya sekali dalam setahun. Puncak spiritual kolektif hamba yg berserah diri kepada Allah. Di sebut “Arafat”, secara harfiyah berarti: tahu, kenal, paham, ngerti. Konon, dinamakan Arafat karena di situlah Adam bertemu Hawa, mengetahui dan mengenali kekasih hatinya lagi setelah terpisah lama dari surga. Konon, disebut Arafah karena di lokasi itu umat manusia saling kenal (ta’aruf). Konon, disebut Arafah karena ketika Jibril menemui Ibrahim dan bertanya tentang manasik, Abul Basyar menjawab: Ya, aku tahu. Dan banyak lagi, argumen tentang asal muasal nama Arafat. Bagiku, Arafat adalah puncak kesadaran manusia mengenal Allah. Dialah Dzat yg A’raful ma’arif, paling mudah dikenal, diketahui, dipahami dan dimengerti. Dialah Dzat yg paling ma’ruf, paling viral dan terkenal, di seluruh jagat raya. Dialah yang wujuud. Waajibul Wujuud. Dialah yang ada. Adanya adalah wajib dan mutlaq. Hari ini, di musim pandemi ini, Arafat tampak sepi dibanding tahun-tahun di masa normal. Yang waqif, diam di Arafah, sepertinya tidak sebanyak dan sepadat semestinya. Begitulah fenomena lahir. Padahal, dari sisi lain, spirit Arafah sebenarnya meluas hingga ke seluruh dunia. Jika biasanya, hanya para haji yg menyebut, mengingat dan mengenali Allah di hari Arafat, maka saat ini, hampir setiap hari, setiap saat, manusia “dipaksa” mengenal Allah, bahwa hanya Dialah Yang Wujud, Yang Baqa’. Yang ada, yang kekal, yang kuasa dan perkasa. Baik di dunia nyata maupun maya, manusia “dipaksa” menyadari bahwa kita adalah milik Allah dan kepada-Nya kita kembali. Kematian, fana, sakit, sedih, susah, semuanya adalah mauidah, pelajaran agar manusia menjadi “Arafat”, mengenali Dzat terbesar, Allah Akbar, Huw Akbar. Mulut manusia terpaksa dibungkam pakai masker agar tidak banyak bicara dan lebih banyak berdzikir. Media sosmed yg mulai kotor dan dipenuhi berita sampah, disadarkan dengan realitas yg manusia tidak mampu mengatasi masalahnya sendiri tanpa pertolongan Allah. Semua dipaksa menjadi pribadi “Arafat”. Duhai Dzat Yang Ada, Yang Esa, Yang Kuasa, Yang Pengasih dan Penyayang. Kini kami, manusia, telah mengenali-Mu, berserah diri pada-Mu, bersaksi Kaulah Tuhan semesta alam. Ampunilah salah dan dosa kami. Hentikan pandemi ini, bersihkan virus dan makhlukMu yang menyerang dan bisa membinasakan umat manusia di bumi. Tiada daya dan upaya kecuali dengan-Mu. Duhai Dzat Penguasa arasy dan alam semesta, sampaikan shalawat dan salam kami kepada kekasihMu, Sayyidina Muhammad, nabi yg rauf rahiim kepada orang-orang yg beriman. Arafat, tahun depan, dengan izin Allah, manusia dari segala penjuru akan datang lagi padamu, bersimpuh di atas pasirmu, berteduh di bawah terik mataharimu, bermandikan air mata taubat yg mengalir membasahi pipi hingga lisan dan hati tiada berhenti berucap: Labbaik Allahumma Labbaik. Allah, kami datang. BagiMu pujian, tiada sekutu bagiMu.


Tidak ada komentar:
Tulis komentar