19 Desember 2022

As-Syaikh Lionel Messi

 

Lega rasaya. Ini kata paling tepat untuk Lionel Messi, rakyat Argentina dan semua fansnya di seluruh alam semesta. Piala Dunia, satu-satunya tropi yang diimpikan, akhirnya berhasil dipersembahkan La Pulga. Pasalnya, meski semua tropi di level klub dan Ballon D’or 7 kali berhasil diraih, Messi masih dinilai jawara tanpa mahkota, jika belum memberi piala bagi Argentina. Hingga, penduduk dunia yakin sang megabintang sedang dikutuk karena selalu gagal di partai puncak pada turnamen besar.

Contohnya, di final Copa Amerika edisi 2007, 2015, 2016, Messi keok. Yang paling menyakitkan, tentu di final Piala Dunia 2014 Brasil, Argentina dipecundangi Jerman 0-1. Don’t Cry for Me Oh Argentina-nya Madonna menjadi sihir yang menghantui Messi.
Dibalik derita, pasti ada hikmahnya, begitulah kalam hikmah. Setelah Messi dipaksa hengkang dari Barca, tropi demi tropi untuk negara mulai diraih. Diawali tropi Copa America 2021. Albiceleste menundukkan Brasil 1-0. Kapten Lionel Messi meraih Top Scorer sekaligus dinobatkan sebagai pemain terbaik. Lalu, di 2022, Messi berhasil mengantarkan Argentina juara Finalissima, ajang yang mempertemukan juara Coppa America 2021 dan Juara Euro 2020. Pasukan Lionel Scaloni menang telak 3-0 atas Italia. Di partai final ini, Messi meraih Man of The Match!
Tibalah Piala Dunia 2022 Qatar. Dunia masih ‘harap-harap cemas’, akankah Messi berhasil meraih tropi impian setiap pesepakbola? Pada laga pembuka saja, Timur Tengah dan Dunia terhenyak. Argentina kalah 1-2 dari Arab Saudi. Where is Messi? kata supporter Arab. Momen ini mengingatkan pada Piala Dunia 1990 di Italia. Saat itu, di laga pembuka, Argentina kalah mengejutkan dari Kamerun 0-1 berkat gol tunggal Omam Biyik dan tarian selebrasinya yang melegenda. Meski terseok di awal, Maradona berhasil mengantarkan Argentina ke partai final. Sayang, kalah 0-1 dari Jerman karena gol penalti. Dunia lalu memprediksi, nasib Argentina di Qatar, akan sama, kalah di partai puncak.
Dan, final Piala Dunia 2022 adalah yang paling mengesankan. Sebuah panggung drama untuk sang legenda baru, Lionel Messi. Penonton pasti dibikin deg-degan dari awal kick off hingga akhir adu pinalti. Teriakan histeris terdengar sepanjang malam karena hujan gol. Argentina dan Prancis saling balas gol. Lagi-lagi, Mbappe yang menjadi ‘batu sandungan’ Messi. Hat-trick bintang PSG ini memaksa laga harus lewat Tos-tosan. Stadion Lusail, Qatar, akhirnya bergema, menjadi saksi pentashihan Messi sebagai GOAT (Greatest of All Time). Argentina 4, Prancis 2.
Di tanah kelahirannya, hari ini dia akan disebut GOD (Dewa), sama seperti Maradona di tahun 1986. Dan, sejak hari ini pula, ojo dibanding-bandingke antara Messi dan Ronaldo. Akhiri perdebatan M10 vs CR7. Level Messi sudah setara adalah para legenda semisal Pele dan Maradona.
Sebagai fans Messi, saya sempat berpikir. Jika di Piala Dunia 2022 ini Messi yang telah berusia 35 tahun gagal lagi, maka sangat boleh jadi, para pendukung atau bahkan dia sendiri akan bunuh diri. Pilihannya hanya ‘Now or Never’. Sebab, di Piala Dunia 2026, usia Messi sudah 39 tahun. Sudah bukan pasti lebih sulit meraih tropi, kecuali poligami, hehehe…
Selamat Messi. Mabruk Argentina.
Marhaban Ya Syeikh Lionel Messi
Malang, 19 Desember 2022

Tidak ada komentar:
Tulis komentar