Ada 4 tipe wali murid untuk sekolah, madrasah, PT, pesantren, madin, TPQ, dan lembaga pendidikan lainnya.
Pertama, Mampu dan Peduli
Wali murid tipe pertama ini dambaan bagi pengelola lembaga pendidikan. Sekolah yang wali muridnya mampu dan peduli, pastinya lebih mudah dalam mengelola lembaga karena wali murid bisa diajak bahkan bisa dipaksa “bekerjasama”. Mampu di sini adalah punya kemampuan finansial yang lebih dari cukup, plus berpendidikan tinggi. Karena itu, dia peduli. Berapapun biaya yang dibutuhkan sekolah, demi anak, orang tua siap. Asalkan, layanan terjamin, prestasi sesuai ekspektasi, fasiltas memadai, maka wali murid siap lahir batin.
Sekolah yang wali muridnya tipe pertama, jelas lebih mudah maju. Manajer sekolah bisa bebas berkreasi karena dukungan wali murid sepenuh hati, jiwa, raga dan juga dana. Jika ada sekolah yang tidak maju, jalan di tempat, padahal kondisi wali murid mampu dan peduli, berarti ada yang error pada bagian manajemen. Kepala sekolah, guru atau siapa yang menjalankan pendidikan di sekolah itu harus segera diganti. Segera.
Begitu asyiknya ada wali murid yang mampu dan peduli, kadang menggoda sekolah bertindak seenaknya menaikkan biaya pendidikan setinggi-tingginya. Tidak masuk akal. Sementara itu, sekolah di sekitarnya miskin dan makin tertinggal. Sulit dapat murid, jauh dari bantuan, dan merasakan berbagai penderitaan lainnya.
Kedua, Tidak Mampu dan Peduli
Wali murid level kedua adalah yang tidak mampu secara finansial. Hidupnya pas-pasan, ekonominya sulit, penghasilan tidak menentu. Biasanya, wali murid ini juga pendidikannya tidak tinggi. Hanya lulusan MI, Tsanawiyah atau pondok yang tidak sekolah formal. Biasanya, tidak semua. Akan tetapi, dia peduli dengan pendidikan anaknya. Dia sadar, bahwa dirinya tidak pintar, tapi ingin sekali anaknya sukses dan bisa sekolah. Paling tidak, melebihi dirinya.
Sekolah yang wali muridnya dihuni level dua ini, perlu kerja keras. Yayasan dan kepala sekolah, bahkan pemerintah, harus peduli kepada mereka. Sekolah harus mengusahakan diskon, beasiswa, cari bantuan, dan kerja apa saja untuk membantu mereka agar anak-anaknya bisa sekolah dan merasakan pendidikan yang berkualitas juga. Artinya, sekolah butuh kreativitas dan pengorbanan lebih.
Sebaliknya, wali murid tipe kedua ini juga harus peduli dan siap bekerjasama. Jika tidak bisa membantu dengan uang, boleh dengan tenaga, pikiran, atau jalan bareng sekolah untuk cari bantuan. Itu baru kolaborasi yang baik. Sama-sama peduli dan berjuang untuk peserta didik.
Ketiga, Mampu dan Tidak Peduli
Wali Murid tipe ketiga ini, biasanya orang sibuk, tapi dia kaya atau berpendidikan tinggi. Dia paham pentingnya pendidikan, bahkan siap saja bila dimintai donasi. Tapi, tidak peduli. Pokoknya, dia pasrah kepada guru dan sekolah. Tidak peduli anaknya nakal, prestasinya merosot, ada PR, dan segala yang dihadapi anak, dia tidak peduli.
Dia baru peduli kalau anaknya dikerasi oleh gurunya. Pokoknya, anaknya harus dimanja seperti raja. Tapi, orang tua tidak peduli blas.
Menghadapi wali murid seperti ini, guru harus bijaksana dan sabar tingkat dewa. Apalagi sekolah yang SPP-nya mahal, maka bersiaplah menerima konsekwensinya. Dimarahi, dituntut, di-viral-kan wali murid, dls. Jika sekolah mau menerima Wali Murid tipe ketiga, kuncinya harus siap jihad!
Keempat, Tidak Mampu dan Tidak Peduli
Tipe terakhir ini, berat. Sudah tidak mampu secara finansial, juga tidak peduli. SPP naik sedikit saja, protesnya sampai ke MK. Biasanya, orang tua jenis ini, pendidikan dan kesadarannya rendah. Dia hanya egois, bersembunyi dibalik narasi “miskin, tidak mampu, dipinggirkan”, dan sebagainya. Padahal, sekolah dan pemerintah sudah peduli, tapi dia sendiri tidak peduli.
Diundang rapat, sibuk. Diminta sumbangan, marah. Diajak diskusi, diam tidak tahu menahu. Pokoknya, ruwet. Sebaiknya, sekolah tidak menerima siswa dari wali murid jenis ini. Lha wong dia sendiri tidak peduli dengan pendidikan dan masa depan anaknya, kok sekolah dan pemerintah dituntut peduli. Kan aneh?
Itulah 4 tipe wali murid. Kira-kira, sekolah yang tidak maju, paling banyak dihuni wali murid tipe keberapa?
Apa perlu naturalisasi wali murid biar sekolah dan peserta didik bisa maju? Tanyakan STY (Sekolah Tidak Yes)
Tidak ada komentar:
Tulis komentar