29 Oktober 2017

FB: Apa yang Anda Pikirkan?

 


Dunia maya sejatinya tidak sama dengan dunia nyata. Sejak memiliki akun medsos semisal FB, semestinya memang harus sudah siap berinteraksi di dunia maya yang jelas beda dengan realita.
Komunikasi via medsos memang menarik. Bisa lintas batas, tak terbatas, bagai memasuki rimba belantara. Teman medsos, bisa jadi teman sejati, bisa juga musuh, patner, mitra, guru, murid, idola, fans, dan banyak lagi. Sehingga, status sosial dalam medsos sebenarnya juga bias, tidak murni sama dengan status sosial dalam kehidupan nyata.
Siapa saja bebas mengunggah apa yang ia mau dengan berbagai konten yang diinginkan sebagaimana orang bebas berpikir dan berbuat apa saja dalam kehidupannya. Toh itu hidup mereka sendiri. Sebaliknya, siapa saja juga bebas berkomentar, memahami dan memberi tafsir dari semua konten di medsos, meskipun seringkali tidak ngerti jluntrungnya.
Bagaimana dengan etika bermedsos? Ah, itu semua kembali kepada kapasitas masing-masing. Sulit sekali menetapkan parameter etika bermedsos ria seperti sulitnya jomblo menentukan pasangan hidupnya, hehehe.... Yang "nakal" di medsos, belum tentu juga nakal. Yang tampil "alim" dan "bijak", juga belum tentu begitu. Apalagi, tradisi copy-paste dan share sudah menggurita, tanpa bisa dicegah. Itulah dunia maya dan efek dari globalisasi di era teknologi yang kian canggih.
Maka, bermedsos ria itu anggap saja sebagai media jalinan komunikasi antar teman melalui dunia maya. Mau serius, silahkan. Santai, juga silahkan. Seperti berteman, bermedsos pun demikian, anggap saja semua teman, paling tidak, teman di dunia maya.
Setiap saat, di berandaku, FB selalu bertanya: "Apa yang Anda PIKIRKAN?"
Pertanyaan itu terus ada di FB. Kata kuncinya "Pikiran", lalu apakah yang diupload selalu yang dipikirkan? Belum tentu. Apakah seseorang harus dihakimi atas pikirannya? Toh, dia hanya menulis di berandanya sendiri. Nah, ini masalahnya. Lagian, salah sendiri orang lain membaca pikiran yang ada di beranda kita. Padahal, tidak semua orang bisa memahami pikiran kita. Selain itu, belum tentu yang ada di beranda kita, itu murni pikiran kita.
Oleh karenanya, aku berusaha menulis yang aku pikirkan. Entah benar atau salah menurut orang lain, itu sih terserah. Makanya, aku tidak bertanggung jawab terhadap pikiran orang lain sebagaimana aku pun tidak bertanggung jawab atas pemahaman, penafsiran, penilaian dan juga penghakiman atas pikiran orang lain terhadap pikiranku.
Cogito ergo sum adalah sebuah ungkapan yang diutarakan oleh Descartes, sang filsuf ternama dari Perancis. Artinya adalah: "aku berpikir maka aku ada". Mungkin, ini yang menjadi alasan Mark Elliot Zuckerberg selalu bertanya: "Apa yang Anda pikirkan?" di dalam fitur Facebook ciptaannya agar FB selalu ada.
Intinya, pikiranku itu urusan dan tanggung jawabku, tapi aku tidak bertanggung jawab atas pikiranmu terhadap pikiranku.

Tidak ada komentar:
Tulis komentar