|  | 
| Muhammad b Soleh al-Ustaimin | 
 
 Muhammad Ali as-Sobuni
| Masih tentang wahabi. Sebelum saya berangkat ke tanah suci, guru saya  -KH. Basori Alwi- titip supaya saya membelikan untuk beliau sebuah  kitab fiqih berjudul "Fiqh al-Ibadah" karya Syekh Muhammad Ali  ash-Shobuni. Kitab itu terdiri dari 2 jilid; Fiqh Ibadah dan Fiqh  Muamalah. Itulah kitab yang kajiannya ringkas tapi komplit dan disajikan  dengan amat mudah. Saya pun dianjurkan oleh beliau untuk memilikinya  sebagai bekal untuk belajar ilmu fiqih. Saya kira, kitab  itu banyak dijual di toko-toko buku yang ada di sekitar Masjidil-Haram.  Tapi ternyata, untuk mencari kitab itu sangat sulit. Sepertinya sudah  langka. Sejak saya tiba di Mekah, hampir tujuh toko telah saya datangi,  tapi kitab itu tidak ada. Alhamdulillah, sehari sebelum saya wukuf ke  Arafah, baru saya temukan toko yang menjual kitab tersebut. Langsung  saja saya beli. Nah, yang unik, ketika saya menanyakan  kitab itu di toko-toko sebelumnya, si penjual selalu menunjukkan sebuah  kitab dengan judul yang sama, Fiqh al-Ibadah, tapi nama pengarangnya  bukan "Syekh Ali ash-Shobuni". Para penjual itu, justru menyodor kitab  yang dikarang oleh Syekh Muhammad bin Sholih al-Utsaimin, seorang ulama  wahabi yang amat diagung-agungkan di Saudi Arabia. "Bukan  karangan  al-Utsaimin, tapi ash-Shobuni", kata saya. "Siapa tuh  ash-Shobuni? Ulama' di sini adalah Sholih al-Utsaimin, Abdullah bin  Baaz, Muhammad bin Abdul Wahhab. Merekalah al-Allamah", kata si penjual  itu. Saya pun balik bertanya, "Siapa mereka itu? Saya dan  umat Islam Ahlussunnah wal Jama'ah di Indonesia sama sekali tidak kenal  nama-nama itu. Yang kami kenal, sebagai muslim terbesar di dunia, adalah  Sayyid Muhammad bin Alwi al-Maliki, Prof. Dr. Wahbah Zuhaili, Syekh Ali  ash-Shobuni, Habib Umar bin Hafidz al-Jufri. Dari kalangan salaf, kami  lebih kenal dengan Imam asy-Syafi'i, al-Ghozali, Syekh Nawawi al-Banteni  dan masih banyak lagi. Merekalah para ulama Allah yang masyhur  fid-dunya wal-akhirah". Mendengar perkataan saya, si  penjual itu langsung bermuka manyun. "Mereka tidak berjuang untuk  al-Haramain, lain dengan para ulama yang saya sebutkan tadi", kata  penjual itu, membela diri. Saya pun kembali menjawab, "Anda mungkin  benar, mungkin juga salah. Yang pasti, mereka telah berjuang demi Allah  dan Rasul-Nya. Selain itu, murid-muridnya juga telah tersebar di penjuru  dunia dan mendirikan pesantren atau majlis ilmu demi menjaga sunnah  nabawiyah dan melestarikan tradisi jamaah". Belum sampai  babak final, karena capek, akhirnya saya pun segera keluar dari toko  buku milik penjual yang pro ulama wahabisme itu. Bagi saya, silahkan  saja kita mencintai, menghormati dan mengagumi siapapun. Tidak ada yang  melarang. Jangankan seorang ulama, mengagumi artis pun, juga tidak  larangan haram. Namun, yang perlu dicatat adalah bahwa ketika kita  mengagumi seseorang, maka di saat yang sama, kita tidak boleh  menjatuhkan atau menghina seseorang yang dikagumi orang lain. Al-Quran  pun melarang kita menghina patung-patung dan sesembahan orang-orang  musyrik. Salah satunya, agar supaya mereka -orang kafir dan musyrik itu-  tidak balik menghina Allah, Tuhan yang kita sembah. Maka dari itu,  jawaban saya terhadap si penjual buku itu, semoga menjadi "shock traphy"  agar kita semua memiliki kelapangan dada. Hikmah kedua  dari dialog saya itu adalah bahwa dalam mencari ilmu, salah satu hal  penting yang tidak bisa diabaikan adalah melihat sumber ilmu itu  sendiri. Dalam hal ini adalah sang guru, penulis buku, penceramah, dai,  penerjemah, ustadz, teman diskusi, dan seterusnya. Menurut sabda Nabi  Muhammad saw, "Inna hadzal-ilma dinun, fan-dzuruu 'amman ta'khuduna  diinakum". Artinya, sesungguhnya ilmu ini adalah agama, maka lihatlah  terlebih dulu darimana asalnya kamu mengambil agamamu". Oleh  karenanya, mempelajari teks-teks agama tidak bisa otodidak yang lalu  secara bebas dengan nalar pikiran dan nafsunya sendiri menafsirkan  kandungan ilmu yang dipelajari. Belajar apapun, pasti perlu guru. Karena  itu, perhatikan dan pilihlah guru atau penulis buku yang benar agar  tidak tersesat di kemudian hari nanti. Wallahu A'lam. | 
 
 
 




Like it,,, semoga guru yg kita pilih benar2 guru yg dicintai dan diridhoi Allah,,, shg bukan termasuk orang yg justru menyesatkan dari ajaran Allah,,, amiin,,, semoga gak salah pilih,,,
BalasHapusamin, amin
BalasHapustrims uda mampir
Makanya hati-hati kalau memperoleh oleh-oleh kitab haji dari makkah/saudi arabia jangan sampai itu karya wahaby yang akan merusak aqidah ASWAJA yang telah kita yakini sejak dulu kala.
BalasHapussaran yang bagus Mas Aris untuk para jamaah haji kita yang sunni
BalasHapustrims atas kunjungannya
masa semua orang mekah dan medinah SESAT karena mengikuti Wahabi Penentang Rasulullah ?
BalasHapusberarti Allah bohong dong, kalau akan menurunkan adzab bagi yang menentang Ajaran Para Nabi.
Justru di Indon, yang banyak bencana, bukan di Mekah dan Medinah
adakah file kitabnya ustadz, kalo ada dishare, biar menyebar luas kitab2 ulama salafuna sholih
BalasHapusgak semua wahaby sesat tp yg bener" wahaby itulah yg khawarij
BalasHapus