Dialog I
"Mas, kalo kita kirim fatihah
atau doa untuk ahli kubur, apa kira-kira nyampek ya?", tanya seorang
teman. Sekenanya, dijawab aja, "Saya kira, nyampek juga kok". "Lho, apa
buktinya?", katanya, heran. "Buktinya, fatihah dan doa yang kita kirim,
ngak balik lagi tuh".
Dialog II
"Cak,
semalam aku bermimpi ketemu mantan pacarmu yang telah meninggal dunia",
kata seorang teman kepada sahabat karibnya. "Masak sih? Apa kamu sempat
ngomong-ngomong ama dia?", tanya sahabatnya. "La iya, dong. Malahan,
hingga kini, kata-katanya masih aku ingat". "Ceritakan dong, please!
Sebab, denger-denger nih, kalo ketemu orang yang udah almarhum dalam
mimpi dan memberi kabar, maka kabarnya itu benar".
"Apa
kamu siap mendengarnya?", tanya kawan yang bermimpi. "Siap,
lahir-batin", kata sahabatnya, penasaran. "Mantan pacarmu bilang: Gimana
sih, aku kok dicuekin, mentang-mentang udah meninggal dunia ya. SMS
ngak pernah, nelpon ngak pernah, kirim fatihah ngak pernah, tahlil juga
ngak pernah".
Dengan menyesal, setelah mendengar cerita
kawannya, sahabat itu berkata, "Aku ngak punya pulsaaa, aku ngak bisa
ngaji, aku ngak ngerti kalo doa bisa nyampek ke alam baka".
Dialog III
"Eh,
kamu percaya ngak, kalo tahlil dan bacaan Yasin bisa menebus alam
barzah dan diterima ahli kubur?", tanya mahasiswa TI kepada seorang
santri. "Ya jelas percaya dong". "Itu kan penjelasan kiai. Coba dong
jawab dengan nalar yang benar", ketus si mahasiswa.
"Gini
deh, apa kamu percaya adanya jaringan internet, telepon, radio, televisi
dan sebagainya?", kata santri, balik bertanya. "Kalo itu, ya jelas
percaya, ada buktinya, bisa dinalar", kata mahasiswa TI. "Bukannya itu
gaib, ngak bisa dilihat mata, gimana dong penjelasannya?", tanya santri
itu lagi.
Mahasiswa itu berkata, "Wah, penjelasannya
panjang. Semua serba digital. Ada bahasa TI tersendiri untuk menjawab
itu. Yang pasti, kita bisa menangkap segala sinyal dan koneksi meski
bagimu itu gaib. Tapi bagi saya dan para pakar teknik informatika dan
networking, semua itu tidak gaib. Ada teori dan praktiknya".
"Bukannya
dulu, sekitar 20-50 yang lalu, semua itu juga masih gaib di mata para
pakar TI, apalagi bagi orang awam?", tanya si santri.
"Ya,
dulu masih gaib. Berkat teknologi dunia yang mutakhir, semua bisa
nyata, real, faktual", jelas mahasiswa, merasa di atas angin.
Lalu,
si santri berkata, "Begitu juga dengan tahlil dan bacaan Yasin. Menurut
nalar kita saat ini, yang masih berada di dimensi dunia, pahalanya
tampak gaib, tidak faktual, tidak empiris, karena belum dirasakan. Kita
belum ada di masa depan, belum ada di alam barzah",
"Tapi,
agar ilmiah, harus dibuktikan secara empiris", cetus mahasiswa itu.
"Oke, mau bukti empiris?", tanya si santri. "Lha iya dong", jawab
mahasiswa. Lalu, dengan singkat, si santri berkata, "Kalo gitu, pergilah
dulu ke alam barzah. Nanti, pasti saya kirimi doa, Yasin, tahlil, dsb.
Pokoknya, paket lengkap, khusus for you".
Anda punya dialog lain? Silahkan di-share....
Tidak ada komentar:
Tulis komentar