6 September 2019

Impact Factor Disertasi "Milk al-Yamin"

 

Akhir² ini, netijen ramai soal disertasi Dr. Abdur Aziz berjudul "Konsep Milk al-Yamin Muhammad Syahrur sebagai Keabsahan Hubungan Seksual Non Marital". Hampir semua yg tahu, yg ngerti, sok tahu, pura² tahu, bahkan yg tidak tahu sekalipun, menghujat disertasi ini. Hampir semua, bukan semua.

Anehnya, kesimpulan dari "hampir semua" itu kok sederhana sekali, 
yakni "Hubungan seks tanpa nikah, disahkan". Itu saja. Lalu, menghujat karya ilmiah, menuduh sesat, UIN sarang liberal, dls. Hmm .. dari sini, saya langsung pingin ngopi dan nyusu, krn Milk artinya susu, yamin (dlm bhs Arab) artinya kanan, hehe...

Disertasi itu karya ilmiah & sdh diuji di forum ilmiah, dgn penelitian ilmiah. Disertasi Dr. Abd Aziz hampir 400 halaman. Utk bacanya, perlu serius, dan blm tentu jg bs paham & ngerti maksud dari semua latar belakang, tujuan, teori, temuan dan jg analisisnya.

Belum lagi, bahas pemikiran Muhammad Syahrur yg kenal aja, enggak. Bukunya aja, yg berjudul "Al-Kitab wal Quran", mnr sy yg awam ini, sulit dipahami, krn pakai bhs Arab dan term filsafat yg butuh tenaga ekstra utk memahaminya secara utuh. Belum karya² lainnya dan karya pemikir lain, baik yg pro maupun kontra terhdp Syahrur.

Yg perlu diketahui adalah tujuan utama disertasi yg ditulis Dr. Abd Aziz itu mengeksplorasi pemikiran Syahrur ttg Milk al-Yamin. Apa teori yang dibangun olehnya? Apa kontribusinya? Bagaimana hubungannya dg penelitian lain? Dst..dst...

Artinya, memahami karya ilmiah, ya hrs ilmiah, dan hrs pula di bidangnya. Tdk dg emosi & tergesa², KeMilk alias kesusu. Saya yakin, banyak netijen yg bahkan membaca disertasi itu aja belum, tapi sdh berkesimpulan. Itupun, copy paste dari hujatan orang lain. Kan aneh.

Disini, sy tdk pro atau kontra dg disertasi itu, juga tdk bahas sah-tdknya hub seks non marital. Tapi, tentang impact factor!

Di ruang publikasi, terutama perjurnalan, impact factor (IF) sangat penting. iF adalah pengaruh dari karya ilmiah yg indikatornya adalah sitasi, sejauhmana karya itu disitir, dikutip dan tentunya dibaca serta diperbincangkan di dunia akademik.

Nah, disertasi "Milk al-Yamin" itu, terlepas pro-kontra isinya, sementara ini, jelas py impact factor yg sgt signifikan. Msh disertasi, tapi sdh viral. Tdk hy dikutip, tapi didiskusikan dan diperdebatkan. Bkn hy di ruang kuliah, tapi jg di cafe, tmp ibadah, dimana aja & oleh siapa aja. Tdk hy akademisi setingkat doktor, yg tidak kuliah pun pada ribut.


Fenomena ini menarik sih. Pertama, impact factor disertasi itu patut diacungi jempol. Entah brp byk disertasi, tesis, apalagi skripsi yg usai ditulis, tdk py pengaruh, kecuali mengantarkan penelitinya meraih gelar akademik. Aspek novelty, kebaruan, kekuatan tema, akurasi data, ketajaman analisis, serta publikasi, semua itu msh blm byk tersentuh. Riset² atau karya ilmiah yg ada, msh brp file dan tumpukan kertas, kurang dibawa ke ranah publik sbg wacana yg "mencerdaskan".

Kedua, daripada mbahas rumah tangga artis yg jatuh bangun, atau sinetron India Ishq Mein Marjawan dimana Aruhi dan Tara udah kayak highlander, entah kapan tamatnya, hehe, ya mending sih mbahas disertasi, walau mestinya ya baca dulu, diskusi dulu, tdk lgs esmosi kyk Kabir Ahmad dlm Ishq Subhanallah.

Salam Disertasi.

Tidak ada komentar:
Tulis komentar