Iklan

21 Mei 2025

Mekah: Detak Jantung Tauhid

 

 


Di lembah sunyi yang dikelilingi bukit batu, berdirilah sebuah kota yang tak punya sungai, tak punya hamparan hijau, tak punya pesona dunia. Namun dari sanalah cahaya menyemburat ke seluruh penjuru semesta. Mekah—bukan hanya kota, tapi detak jantung umat Islam. Pusat gravitasi spiritual dunia.


Di sinilah Ibrahim meninggalkan Hajar dan Ismail, bukan dengan rasa tega, tapi dengan iman yang bulat. Di sinilah air zamzam memancar dari tanah tandus, sebagai bukti bahwa Tuhan tidak pernah menelantarkan hamba yang yakin dan sabar. Di sinilah, berabad-abad kemudian, lahir seorang anak yatim yang menjadi cahaya peradaban: Muhammad SAW.


Mekah adalah tempat lahirnya wahyu, tempat robohnya berhala dalam dada manusia, tempat pertama bumi menunduk kepada langit. Setiap hari, jutaan wajah dari segala penjuru bumi menengadah ke arahnya, karena ia adalah titik tumpu doa-doa dan arah kiblat hati.


Ibadah di Mekah bukan semata ritual—ia adalah perjalanan pulang ke asal. Di sinilah haji dilakukan. Di sinilah Ka'bah berdiri, tak megah dalam bentuk, tapi agung dalam makna. Tawaf mengelilinginya bukan sekadar gerak tubuh, tapi simbol orbit hamba yang tak boleh lepas dari pusat Rabb-nya. Di sinilah hati belajar bahwa yang sederhana bisa memuliakan, yang diam bisa menaklukkan dunia.


Mekah mengajarkan keikhlasan dalam kekeringan, keteguhan dalam ujian, dan bahwa kemuliaan tidak selalu tumbuh di tanah subur—tapi di tempat yang diberkahi oleh penghambaan.


Di setiap debu Mekah, ada jejak nabi. Di setiap desah udaranya, ada napas para kekasih Allah. Dan siapa pun yang datang dengan hati yang rindu, pulangnya tak akan pernah sama. Ia telah disentuh oleh rahasia: bahwa segala yang dunia miliki tak sebanding dengan satu sujud yang tulus di pelataran Ka'bah.

Tidak ada komentar:
Tulis komentar