Bertebaran narasi bahwa jumlah pesantren, kiai, santri dan bahkan ustadz menurun drastis. Salah satu acuannya adalah data Kementerian Agama RI (2024/2025), terdapat 42.433 pondok pesantren aktif di Indonesia. Data ini dapat diakses secara daring melalui portal PD-Pontren.
Begitu hebohnya sampai ada “alarm” bagi pesantren, lalu tersebarlah berita dan hasil riset bahwa minat menjadi santri berkurang, pesantren sepi pendaftar, pesantren bukan lagi pilihan favorit belajar ilmu agama, manajemen amburadul ala pesantren sebabkan reputasinya jatuh, masa depan alumninya gak jelas, dan banyak lagi.
Apa benar jumlah pesantren dan santri berkurang? Apa masih percaya dengan data riset? Apa benar data itu sudah final dan selalu di-update?
Jangankan jumlah data pesantren, lha wong data keuangan dari Menkeu, BI, dan bank-bank di provinsi aja beda. Belum lagi data suara pemilu, data kandungan bensin, data tracer study PT dan sekolah, juga data janda 😬
So, masih percaya data di Indonesia? Tentang data jumlah pesantren, nyatanya masih banyak pondok pesantren yang belum terdaftar atau didata. Itu pasti. Tidak puluhan, bisa ratusan hingga ribuan se-Indonesia.
Pesantren tempat saya mondok di Singosari, dulu hanya satu. Sekarang, sudah berkembang dan bercabang menjadi 4 pesantren. Masing-masing dikelola putra kiai dengan ciri khas berbeda. Begitu juga pesantren tempat putri saya mondok. Awalnya hanya 2, kini jadi 4 pondok. Apakah terdaftar, Wallahu a’lam.
Sebuah pesantren induk, bisa bercabang. Kadang, yang terdaftar hanya 1 nama, padahal cabangnya banyak. Ada pula alumni pondok yang setelah lulus, mendirikan pesantren dan tetap berinduk pada pusat, tempat dia belajar. Tidak mau berdiri sendiri karena “tabarruk” dengan gurunya. Itu juga salah satu tradisi khas pesantren. Apakah terdata? belum tentu, bisa-bisa tidak mau.
Belum lagi, ada pesantren yang Gus-nya mendirikan majelis taklim terbuka bagi alumni dan masyarakat. Lokasinya di dalam atau di luar pesantren. Biasanya ngaji seminggu sekali. Yang hadir itu juga disebut santri. Jadi, ada santri dalam (dakhili) dan santri luar (khariji). Ada juga istilah lainnya: santri manuk alias kunam 😬
Fenomena itu jelas menjadi bukti bahwa jumlah santri tidak berkurang, malah terus bertambah. Apalagi, santri punya semboyan: “selamanya tetap santri”. Meski sudah jadi kiai, ustadz dan punya banyak santri, tetap menyebut dirinya santri. Gitu kok dibilang jumlah santri berkurang. Eddian!
Ada lagi pesantren yang berdiri di dalam kampus atau sekolah formal, biasanya dinamakan “ma’had”. Yang di luar kampus, ada yang dinamakan “maskan”, “daar”, “bait”, dan sebagainya. Itu juga pesantren. Terdaftarkah? Wallahu a’lam.
Sebelumya juga ada “Islamic Boarding School”, semacam asrama sekolah tapi sebenarnya copy paste pesantren. Apa BS ini juga disebut pesantren? Ya suka-suka yang mendata aja.
So, yang masih percaya jumlah pesantren berkurang berarti telah dikibuli si gembul, Gemar Ngibul.
www.taufiq.net





Tidak ada komentar:
Tulis komentar